Semua berawal dari niat yang tulus untuk memberikan sesutau yang
bermanfaat kepada anak-anak di Lapas Klas
IIA Anak Pria, Tangerang. Saya mengusulkan untuk diberi izin membuka
pelatihan menulis bagi anak-anak lapas tersebut. Keinginan saya disambut hangat
oleh Ketua Gerakan Peduli Remaja (GPR), Suci Susanti.
Sesuai dengan janji kami, rombongan GPR pun hadir di
rumah saya siang itu, Kamis, 28 Februari 2013. Mereka yang hadir adalah Suci
Susanti (ketua), Lisya Marlina (bendahara), Siti Edas Nurfirdausia (humas) dan Nadia
(sekretaris). Merasa tersanjung sekali rasanya saya menerima kedatangan mereka.
Dan, kami pun berbincang sambil mendiskusikan konsep yang akan dijalankan untuk
kegiatan pelatihan menulis di lapas itu. Selain itu kami juga menyepakati hari
dan tanggal untuk menyampaikan permohonan izin kepada Kepala Lapas.
Kunjungan GPR ke rumah sya |
Pada
tanggal 5 Maret 2013, seusai dengan kesepakatan, saya pun diajak untuk ikut
serta menjumpai Bapak Kepala Lapas Anak Pria, Tangerang. Saya dan Suci
berangkat dari Pondok Kelapa sekitar pukul 10 pagi. Kami berjanji dengan
teman-teman lainnya untuk berkumpul di satu tempat agar bisa berangkat
bersama-sama menuju Tangerang. Perjalanan menuju lapas dilanjutkan kembali
pada pukul 11.00 WIB
Perjalanan
menuju Lapas Anak Pria, Tangerang pun akhirnya menghabiskan waktu sekitar 1 ½ jam.
Tiba di Tangerang, kami tak langsung menuju lapas. Karena waktu zuhur sudah
tiba, saya dan teman-teman GPR pun menunaikan sholat zuhur terlebih dahulu di
Masjid Al-A’Zhom, yang terletak persis di belakang lapas.
Selesai
makan siang, barulah kami bergerak menuju lapas. Sampai di sana kami pun
disambut baik oleh wakil Kalapas dan langsung diantarkan ke ruang Kepala Lapas Klas IIA Anak Pria Tangerang, Heni Yuwono.
Perkenalan pun dimulai. Ketua GPR juga memperkenalkan saya, yang nantinya
akan menjadi Trainer di pelatihan menulis. Selebihnya kebersamaan kami diisi oleh
cerita/pengalaman Pak Heni Yuwono.
Di ruang kerja Kalapas |
Bapak Heni Yuwono sebelumnya sempat menjadi Kepala Lapas
Klas IIA Anak Pria di Kupang. Selama menjabat di sana, tentunya banyak sekali
pengalaman Pak Heni Yuwono yang membuat dada kami bolak-balik berdentum lebih kencang dari
biasanya. Kasus-kasus yang menyebabkan anak-anak itu akhirnya sampai
dijebloskan ke penjara membuat hati ini terenyuh menyimaknya. Untuk penjara
anak di Kupang, kasus pemerkosaan menjadi mayoritas, di samping kasus narkoba,
dan pembunuhan.
“Di Kupang, perbuatan asusila untuk anak di bawah umur
seperti menjadi barang biasa bagi anak-anak itu,” ujar Heni Yuwono kembali
membuat jantung saya berdegup kencang.
Menurut
Heni Yuwono, hal itu disebabkan oleh tradisi kehidupan keluarga di sana. Tempat
tinggal mereka yang tak memiliki sekat seperti layaknya sebuah rumah yang
menghimpun satu keluarga, membuat kebiasaan yang dilakukan oleh orangtua mereka
sebagai sepasang suami istri menjadi sesuatu yang tak tabu lagi untuk dilihat
(walau tanpa sengaja). Inilah yang bertahun-tahun mereka rasakan dan simpan.
Dan, menjadi sulit untuk membendung hasrat libido ketika muatan didikan agama
tak cukup dari orangtua dan lingkungan.
Begitulah, diselingi menyimak pengalaman berharga dari
Pak Heni Yuwono, akhirnya izin untuk menggelar pelatihan menulis di Lapas Anak
Pria, Tangerang pun kami peroleh. Kepala Lapas itu begitu antusias menyambut rencana
baik ini. Beliau juga memberikan contoh sebuah buku kumpulan kisah dari balik
jeruji yang pernah ditulis oleh anak-anak lapas di Kupang.
Buku Antologi anak-anak Lapas Kupang |
“Insya Allah, pelatihan menulis ini nanti bisa melahirkan
buku semacam ini atau mungkin bisa lebih bagus dan lebih menyentuh lagi,”
harapnya kepada saya. Harapan itu tentu saja menjadi motivasi saya agar bisa
mewujudkannya.
Insya Allah,
Rabu, 13 Maret 2013 pelatihan akan dibuka dan dimulai secara resmi. Besar
harapan saya dan Gerakan Peduli Remaja yang diketuai oleh Suci Susanti agar
pelatihan menulis ini kelak bisa melahirkan buah karya dari anak-anak lapas
tersebut. Aamiin. []
Insya Allah semua berjalan lancar dan anak-anak tersebut bisa punya karya ya :)
BalasHapus@Indahjuli: Aamiin... iya itu yang diharapkan. ;)
BalasHapus