Beberapa waktu lalu, saya kembali
mendapat permintaan dari pihak Global Kids School untuk menjadi pemateri.
Awalnya saya pikir Ibu Kepala Sekolah meminta saya untuk melanjutkan materi
kelas menulis murid-murid di sekolah itu yang sebelumnya pernah saya kunjungi,
ternyata saya didaulat sebagai pembicara (kerennya sih jadi motivator...hehehe)
di acara parenting seminar yang akan
mereka gelar.
Wow!
Kalau untuk berbagi materi tentang menulis kepada anak-anak, remaja atau bahkan
ibu-ibu, saya sih sudah biasa, tapi untuk menjadi motivator kepada para
orangtua murid tentang menumbuhkan kebiasaan membaca dan menulis, ini bakal
jadi pengalaman pertama buat saya. Seperti biasa, untuk permohonan yang
datangnya lewat SMS atau e-mail, saya
selalu mendiamkan terlebih dahulu beberapa waktu (tapi tentu tak lewat sehari
lah...hehe). Tujuannya agar saya yakin apakah saya siap untuk memenuhi
permintaan tersebut.
Akhirnya
setelah berpikir dan membayangkan apa yang harus saya siapkan dan saya bagi ke audience, barulah saya merespon
permintaan dari Bu Nunun (Kepala Sekolah Global Kids School). Beliau pun
memberikan tanggal penyelenggaraan yang tadinya akan digelar pada bulan
Februari 2014 lalu. Namun karena satu dan lain hal, acara seminar mundur
sebulan dan baru bisa dilaksanakan pada
hari Sabtu, 22 Maret 2014.
Beberapa
hari menjelang acara tersebut, saya kembali disibukkan dengan menyiapkan materi
agar kelak tampil dan mampu memberikan yang terbaik. Materi yang akan saya
sampaikan diberi judul, “Menumbuhkan Minat Baca dan Menulis pada Anak”. Selain
mengumpulkan beberapa referensi, saya juga memadukannya dengan pengalaman saya
sebagai ibu yang juga penulis serta memiliki dua anak yang telah menghasilkan
beberapa buku. Tidak terlalu sulit menyiapkan materi dalam format power point karena apa yang ingin saya
sampaikan memang tak jauh dari pengalaman sendiri. Maka, saya pun siap dengan
materi yang akan saya bagikan kepada para orangtua murid di Global Kids School.
Tibalah
pada hari pelaksanaan seminar (Sabtu, 22 Maret 2014) di mana saya ditunggu untuk
memberi motivasi kepada sekitar 30 orangtua yang akan hadir di acara tersebut.
Dengan diantarkan oleh suami tercinta, saya pun berangkat dari rumah (Bekasi)
sekitar jam tujuh pagi. Saya harus tiba di sekolah itu sebelum pukul 09.00 WIB
(waktu yang dijanjikan untuk memulai seminar). Alhamdulillah, karena jalanan
tidak terlalu macet, saya dan suami pun tiba di Global Kids School (Jalan
Lubang Buaya, No 6 B, Jakarta Timur) setengah jam sebelum jam sembilan pagi.
Kehadiran
saya disambut dengan ramah oleh beberapa orang staf pengajar. Karena peserta
seminar belum semuanya hadir, saya pun memilih menyerahkan materi yang akan
ditampilkan di layar infokus. Sementara suami saya lebih memilih menunggu di
luar sambil menonton murid-murid yang sedang mengikuti ekstrakurikuler bela
diri TaeKwonDo. Dalam hati sebenarnya
saya sangat bersyukur karena suami tak ikut menyaksikan saya berbicara di depan
audience. Saya sempat khawatir kalau
dia ikut duduk di deretan bangku peserta, apa yang bakal terjadi pada
penampilan saya. Masalahnya beliau belum pernah menyaksikan saya menjadi
presenter. Hahahaha....
MC (foto pribadi) |
Tepat
pukul 08.45 WIB acara pun dibuka oleh salah seorang guru yang merangkap sebagai
pembawa acara (MC). Beliau memperkenalkan saya lewat CV yang sudah saya berikan
sebelumnya. Sesekali saya perhatikan beberapa pasang mata melirik ke saya sebab
saya masih duduk di deretan bangku peserta. Setelah MC selesai membuka dan
membacakan beberapa pengalaman dari CV saya, barulah saya diminta untuk
menyampaikan materi sesuai tema yang mereka minta.
Saya
pun membuka sesi dengan mengucapkan salam dan rasa terima kasih kepada pihak
sekolah dan para orangtua murid Global Kids School yang telah memberi
kesempatan kepada saya untuk berbagi pengalaman serta motivasi.
Klik!
Layar
infokus pun menampilkan slide pertama
dari materi saya.
Setelah
itu sajian materi pun mengalir lancar. Sesekali saya menyelipkan joke ringan di sela-sela paparan materi
yang saya berikan. Dan, senang rasanya jika humor yang saya lemparkan disambut
gelak tawa para orangtua yang menjadi peserta seminar. Namun, tak jarang juga
saya bersikap serius ketika membahas bahwa setiap anak tentulah berbeda dalam
memotivasinya untuk gemar membaca. Kegemaran itu muncul jika orangtua ikut
berperan sebagai role model.
Suasana di ruang seminar (foto pribadi) |
Setelah
selesai menyajikan materi tentang menumbuhkan minat baca, saya melanjutkannya
pada materi tentang menumbuhkan minat menulis pada anak. Saya semakin percaya
diri karena semua mata masih fokus memperhatikan saya. Diam-diam saya menyiapkan
diri untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan mereka ajukan setelah
materi yang saya sajikan berakhir. Saya yakin karena lewat tatapan mata mereka
seolah para orangtua murid itu mulai menyusun bahan pertanyaan yang ingin mereka
ajukan.
Sebelum
membuka sesi tanya jawab, saya mengatakan bahwa alangkah baiknya kalau kami saling
sharing pengalaman sehingga saya
tidak sepenuhnya berperan sebagai pembicara dan seolah merasa “sok” pintar sendiri. Hahaha....
Mereka kembali tertawa mendengar komentar saya.
Semua
pertanyaan mereka saya jawab. Dan saya selalu menanyakan apakah jawaban saya
pas atau sesuai dengan yang mereka harapkan. Saya ingin mereka jujur agar
tujuan dari seminar tersebut bisa tercapai dengan baik. Jika masih ada yang
dirasa kurang, saya tak segan-segan mengajak audience untuk kembali mendiskusikannya.
Sesi tanya jawab (foto pribadi) |
Saya
juga tidak menutup kesempatan agar para orangtua murid yang hadir mau berbagi
tentang pengalaman mereka juga dalam menumbuhkan minat baca tulis buah hatinya.
Seterusnya, terciptalah suasana yang sangat menyenangkan. Beberapa dari mereka
bertanya, meminta solusi dan tips kepada saya. Dan beberapa lainnya justru tak
sekadar mengajukan pertanyaan tapi juga bercerita tentang kebiasaan unik dan
cara mereka memotivasi anaknya untuk mau menjadikan kegiatan membaca dan
menulis sebagai sebuah kegiatan yang menyenangkan.
Ada
juga yang bercerita bahwa dia dan suami sebenarnya pencinta buku dan sekaligus
gemar menulis bahkan pernah memenangkan beberapa perlombaan menulis, namun
mereka merasa kehabisan akal untuk mewariskan kebiasaan itu kepada anak-anaknya.
Padahal menurutnya, mereka sudah melakukan tahapan-tahapan yang saya sajikan di
materi pembahasan. Untuk keresahan si ibu, akhirnya saya mencoba menelaah sisi
yang mungkin belum terpenuhi oleh mereka sebagai orangtua.
Tak harus selalu serius (foto pribadi) |
“Saya
senang karena ternyata di sini ada yang sudah memiliki pengalaman yang lebih
dari saya. Anak saya saja masih duduk di bangku SMA dan yang bungsu masih di SMP,
sementara dua anak Ibu sudah kuliah. Tentunya Ibu sudah melewati fase sebagai
orangtua yang belum saya jalani. Tapi, meskipun demikian, jangan pernah bilang
menyerah ya, Bu. Saya bisa berbagi karena mungkin memang kebetulan apa yang
saya harapkan dari anak-anak saya terkait dengan kegiatan membaca dan menulis
ini sedikit banyak telah memenuhi harapan, jadi saya tidak mengalami fase sesulit
seperti pengalaman Ibu. Tapi, kalau boleh saya membantu dan siapa tau kelak ini
akan berhasil, bagaimana kalau dari kegemaran Ibu menulis itu Ibu mencoba
menghasilkan sebuah karya dalam bentuk buku. Mungkin ini bisa menjadi bukti bahwa kegemaran membaca
itu akan mendorong keinginan untuk menulis dan kegiatan menulis jika dilakukan
kontiniu akan menghasilkan sebuah karya yaitu buku. Katakan itu kepada
anak-anak Ibu sambil menunjukkan buku karya Ibu kepada mereka,” ulas saya
panjang sambil melihat respon si Ibu.
“Oh
iya... benar juga. Bisa jadi ya biarpun
saya dan suami sudah menyontohkan dan terus-menerus menyuruh anak-anak saya
supaya mau membiasakan diri membaca tapi karena saya sendiri belum menunjukkan
bukti nyata, maka anak-anak saya menganggap itu hanya bentuk omelan saja ya,”
ungkapnya menahan tawa.
“Kalau
begitu, saya mau minta bantuan Bu Wiwiek supaya nanti saya bisa menyelesaikan
satu tulisan dan membukukannya. Kalau berkenan, saya dibantu ya, Bu?” ujarnya
lagi membuat saya tersenyum dan mengiyakannya.
Sat hal yang membuat saya kagum, bahwa di antara para penanya terlihat keantusiasan para bapak dalam usahanya menemukan trik khusus untuk menumbuhkan minat baca putra-putri mereka. Memang seperti itulah seharusnya, karena tugas dan tanggung jawab dalam pola asuh anak tidak semata-mata diletakkan pada seorang ibu. Ayah dan Ibu hendaknya senantiasa bergandengan tangan, mencari solusi dan bersama-sama dalam menjalankan fungsinya sebagai orangtua. Sementara para guru melanjutkan perannya dalam membantu mengembangkan serta mengarahkan kemampuan si anak. Tujuan tak akan tercapai secara optimal jika dua kekuatan dalam pola pengasuhan dan pendidikan pada anak ini tidak bekerja sama dengan baik.
Sat hal yang membuat saya kagum, bahwa di antara para penanya terlihat keantusiasan para bapak dalam usahanya menemukan trik khusus untuk menumbuhkan minat baca putra-putri mereka. Memang seperti itulah seharusnya, karena tugas dan tanggung jawab dalam pola asuh anak tidak semata-mata diletakkan pada seorang ibu. Ayah dan Ibu hendaknya senantiasa bergandengan tangan, mencari solusi dan bersama-sama dalam menjalankan fungsinya sebagai orangtua. Sementara para guru melanjutkan perannya dalam membantu mengembangkan serta mengarahkan kemampuan si anak. Tujuan tak akan tercapai secara optimal jika dua kekuatan dalam pola pengasuhan dan pendidikan pada anak ini tidak bekerja sama dengan baik.
Begitulah,
setelah sesi tanya jawab yang semakin seru seolah sulit untuk dihentikan, waktu
juga yang harus membatasi kebersamaan saya dengan para orangtua murid di momen
itu. Sebelum menutup acara, saya sangat terharu ketika Kepala Sekolah
memberikan sebuah cinderamata yang indah sebagai bentuk penghargaan mereka
kepada saya. Daaan... tentunya disertai amplop penghilang rasa lelah. Hahaha...
just kidding!
Akhirnya...
terima kasih, semoga kerjasama kita tak
berakhir sampai di sini, Bu Nunun. Sampai bertemu kembali di event lainnya. []
Aaah jadi pingin lihat langsung :)
BalasHapusYang mana yang pengen dilihat langsung ni, Fit? *pura-pura polos* ;)
HapusKece mak, terus lanjut mak berbaginya :*
BalasHapusInsya Allah, Mak Icoel selagi masih kuat dan dibutuhkan. :)
HapusAsiknya berbagi..andai dekat, saya juga mau ikutan:)
BalasHapusAyo, Mbak... di mana tinggalnya? Kalau masih bisa saya jangkau, apa salahnya. :)
HapusKeren Maaaak..
BalasHapussemoga bisa menumbuhkan kebiasaan membaca di lingkungan keluarga :)
Makasih, Mak Sari.
HapusAamiin, mari kita tumbuhkan minat baca dan menulis dalam keluarga kita. :)
Slide-nya cakep. Jam terbangnya makin makin aja, nih. :D
BalasHapusKamsiaaa, Inang Haya.
HapusMumpung sayapnya masih kuat, jam terbang pun diperbanyak. Hahaha.... ;)
saya pengen lihat Mak Wiwiek jadi motivator, nih. Kayaknya menyenangkan banget :)
BalasHapusAamiin... ayo dicoba, Mak Myra. *menunggu undangan dengan senang hati* ;)
Hapusayo mbak kapan ngadain acara buat orang tua murid disekolah,aku daftar deh
BalasHapus