Saya, Kak Reni, Kak Dhila, Para Guru dan anak-anak Al Falah |
Pagi
itu, Selasa, 4 Maret 2014 akhirnya saya mendapat kesempatan kembali ke sana. Seperti
biasa, beberapa hari sebelum berkunjung, saya selalu memberi kabar agar pihak
sekolah itu siap menyambut kedatangan saya. Setelah menghubungi dan
menyampaikan rencana saya lewat telepon, Bapak Kepala Sekolah sangat antusias
dan mendukung niat saya. Beliau berjanji akan menyiapkan anak-anak di hari yang
saya janjikan.
Kali
ini tidak seperti kunjungan saya sebelumnya. Saya datang bukan sebagai pengisi
kelas pelatihan menulis untuk anak-anak pemulung itu, melainkan menemani
seorang pendongeng berpengalaman yang telah banyak menyabet penghargaan.
Sudah
lama saya ingin memberi nuansa berbeda untuk anak-anak pemulung yang biasa
menyambut saya untuk menerima materi menulis. Akhirnya niat itu terwujud. Di
tengah kesibukan Reni Rudiyanto yang biasa dipanggil “Kak Reni” saya berhasil “mencuri”
waktu beliau untuk menyempatkan diri berbagi pengalaman mendongeng di Yayasan
Ummu Amanah, PKBM Al Falah, Bantar Gebang.
Setelah
menyepakati hari dan waktu berkunjung, pagi itu kami pun berjanji bertemu di
kawasan Kemang Pratama, Bekasi. Ternyata bukan hanya saya dan Kak Reni yang
akan berkunjung ke sekolah anak pemulung itu. Ada juga Kak Dhila yang selalu
mendampingi Kak Reni dalam melaksanakan kegiatannya. Katanya, Kak Dhila ini
asisten pribadi Kak Reni. Saya percaya itu, karena beliau begitu sigap
menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan oleh Kak Reni. Salut!
Mobil Kak Reni yang membawa kami pun melaju dengan kecepatan
sedang menuju lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA), Bantar Gebang. Di
perjalanan, kami kembali mendiskusikan apa yang akan disajikan untuk anak-anak
pemulung itu nantinya. Sebagai pendongeng hebat yang sudah berpengalaman,
tentunya Kak Reni sudah menyiapkan konsep yang matang. Namun, demi kenyamanan
bersama, kami tetap menyatukan rencana agar kehadiran kami di sana bisa
meninggalkan kesan mendalam bagi anak-anak pemulung itu.
Menjelang
pukul 09.30 WIB kami pun tiba di lokasi. Seperti biasa, sambutan guru yang
sudah saya kenal, selalu ramah menerima kedatangan kami. Sayangnya, hari itu
Bapak Kepala Sekolah tidak bisa menyambut kedatangan kami karena beliau sedang
menghadiri kegiatan lainnya. Tak mengapa, yang penting anak-anak sudah siap
untuk berkumpul di aula terbuka.
Setelah
anak-anak disiapkan, kami pun menemui mereka. Mata mereka menyimpan pertanyaan
begitu melihat saya membawa dua orang yang belum mereka kenal. Saya tersenyum
melihat buku dan alat tulis yang mereka bawa. Mereka mungkin mengira saya akan
melanjutkan kelas menulis seperti kunjungan-kunjungan sebelumnya.
Demi
memuaskan tanya di mata mereka, saya pun membuka pertemuan dengan mengatakan
maksud kedatangan kami di pagi itu. Sebelum memperkenalkan Kak Reni kepada
anak-anak, saya sempat menanyakan pe-er yang pernah saya berikan di pertemuan
terakhir dua bulan lalu. Sebagian telah menyelesaikannya, tapi yang lainnya
belum.
“Masih
ingat dengan tugas menulis yang pernah Ibu berikan?” tanya saya memancing
ingatan mereka.
“Masih,
Buuu...!” jawab mereka serentak.
“Tapi,
saya belum siap nulisnya,” jawab salah satunya.
“Maafkan
Ibu karena sudah lama sekali tidak mengisi kelas menulis untuk kalian, karena
anak Ibu sakit,” ujar saya mengharap pengertian dari mereka.
“Sudah
dua bulan, Bu,” celetuk murid laki-laki spontan.
“Iya,
sudah dua bulan. Lama juga. Maafin ya,” kata saya lagi.
“Iya,
Buuu...,” kembali mereka menjawab serentak.
Setelah
mereka mau memaklumi ketidakhadiran saya selama dua bulan itu, barulah saya
melanjutkan maksud kedatangan kami. Saya memperkenalkan Kak Reni kepada mereka,
berikut Kak Dhila. Sangat jelas terlihat rasa ingin tahu dan tak sabar di mata
mereka. Rasa penasaran dengan nama dan sosok yang saya kenalkan begitu membias
di tatapan mata mereka.
Sesi mendongeng dari Kak Reni |
Salah seorang guru yang mengajukan pertanyaan |
Anak-anak diajak membaur oleh Kak Reni |
Anak-anak menonton dongeng musikal |
Bukan
hanya itu, setelah selesai mendongeng, Kak Reni juga memberi kesempatan kepada
mereka untuk mengajukan pertanyaan tentang apa saja seputar keterampilan
mendongeng. Bukan hanya anak-anak pemulung itu yang bertanya, guru mereka pun
ikut mengajukan beberapa pertanyaan yang dijawab dengan memuaskan oleh Kak
Reni.
Dari malu-malu menjadi mau-mau. :) |
Kak Reni memasangkan pin DOMAIN |
Aanak-anak maju untuk mempraktikkan arahan dari Kak Reni |
Kak
Reni juga memberi beberapa panduan dasar untuk mendongeng, seperti teknik olah
nafas, suara, gestur, dan ekspresi/mimik wajah. Bagi anak yang berani tampil ke
depan dan mempraktikkan salah satu materi yang diajarkan, Kak Reni memberikan
hadiah berupa pin DOMAIN (Dongeng Musik dan Permainan) yang menjadi trademark Kak Reni sebagai pemilik Sekolah
Lil'Bee Jatiasih, Bekasi. Anak-anak yang tadinya malu-malu akhirnya semangat
maju dan tampil ke depan.
Salah satu ekspresi olah wajah |
Kebersamaan
kami yang menghabiskan waktu satu jam setengah itu sangatlah menyenangkan. Saya merasakan
bahwa sebenarnya anak-anak itu masih ingin bersama dan mendengar
dongeng-dongeng lainnya, tapi waktu membatasi kami. Saya berharap, kelak Kak
Reni mau kembali lagi ke Al Falah dan berbagi keceriaan untuk anak-anak
pemulung itu.
Terima
kasih, Kak Reni, semoga kerjasama kita untuk memberikan hal-hal positif dan
mencerahkan kepada anak-anak pemulung itu terus berlanjut. Aamin. []
Aaaahhhh mak wik, , salut bangeeet,, Inspiratif
BalasHapusMakasih, Mak Meti. Belum seberapa dibanding kiprah dirimu, Mak. :)
HapusItu sekolah khusus anak2 pemulung? SD formal biasa? Hebat Mak Wik, berkhidmat menjadi tutor menulis di sana..
BalasHapusIya, Mak Linda, sekolah PKBM dengan sistim paket A, B, dan C. Btw, aku tau sekolah ini karena dikenalkan sama teman ke pendiri dan pemilikinya. Cerita tentang perempuan berhati mulia itu ada di postinganku yang ini; http://www.wylvera.com/2012/12/sekolah-sampah-inspirasi-untuk-berbagi.html Sejak itu, aku berniat akan terus berbagi ke sana, khususnya berbagi ilmu menulis (yg hanya sejengkal ini), dan berbagi hal-hal lain yang bisa kubagi. Doakan ya, Mak...niat ini tetap konsisten. :)
HapusHuhuhuhu, kangen dengan anak-anak itu.
BalasHapusYuk, kita rencanakan lagi ke sana, Wik.
Iya, Indah... karena dirimu masih sibuk dengan SB2014 kemarin, aku gak mau ganggu dulu. Insya Allah bulan depan aku kembali ke sana kok. Nanti aku kabari ya. :)
HapusWah seru ya mak..pengen deh bisa mendongeng yg ekspresif banget..tapi saya orang nya malu2hehe...
BalasHapusHehehe, kalau mau belajar mendongeng yang asyik bisa belajar dengan Kak Reni, Mak. Beliau itu murid Kak Awam si maestro dongeng tanah air, tau kan ya?
Hapusmenyenangkan sekali ya mak....melihat bocah-bocah antusias spt itu...jd terharu
BalasHapusIya, Mak... bisa menyenangkan mereka menjadi kepuasan tersendiri buatku. :)
HapusSungguh merupakan kegiatan positif dan sangat mulia.
BalasHapusMemang harus banyak yang peduli kepada mereka ya Jeng.
Semoga kegiatan ini bernilai ibadah. Amiin
Salam hangat dari Surabaya
Aamiin, semoga ya, Pakde. Terima kasih support dan doanya. Doakan terus agar saya selalu konsisten berbagai tentang hal-hal yang bermanfaat buat mereka. Salam hangat kembali dari Bekasi. :)
HapusBundo wiek... penulis inspiratif, kreatif terimakasih bundo sudah memberikan
BalasHapuskesempatan baik ini. Barokalloh ya bun...
Aiiih, sanjungan Kak Reni ini ya, selangiiit. ;)
HapusSsst, diam-diam aku juga belajar darimu sejak kita kenal di KPCI itu lho. Aku juga makasih banget karena dirimu mau meluangkan waktu di tengah segudang kesibukanmu, say. Jangan kapok ya kalau aku colek-colek lagi.
seneng banget lihat semangat mereka, ya :)
BalasHapusBetul, Mak...karena mereka kan jarang sekali dikunjungi dan mendapatkan kesempatan seperti ini.
Hapus