Sabtu pagi itu,
para Trainer Galeri Kelas Ajaib dan peserta pelatihan menulis kisah inspiratif kembali bertemu di
Museum Bank Indonesia, Jakarta. Kali ini semua terlihat memakai kaus berwarna seragam.
Warna biru muda, dengan logo Galeri Kelas Ajaib dan IPEBI di samping kiri dan
kanan lengan kaus semakin menyemangati suasana ruang pelatihan.
Tepat pukul 08.30 WIB, acara dibuka
dengan senam bersama yang dipandu oleh saya. Tidak hanya peserta, para Trainer pun ikut
melakukan senam. Tak lama. Hanya lima menit, namun senam otak yang dilakukan
bertujuan mengaktifkan kerja otak kanan dan kiri. Keseimbangan kerja otak kanan
dan kiri ini sangat dibutuhkan dalam proses menulis.
Sehabis senam, acara dilanjutkan
dengan pemutaran film pendek oleh Benny Rhamdani. Film tersebut mengisahkan
pengorbanan seorang ayah demi merawat anaknya yang menderita cerebral palsy (suatu gangguan/kelainan yang terjadi pada susunan syaraf pusat). Film yang menyentuh ini diharapkan mampu membangun empati peserta dalam
menulis kisah inspiratif.
Sesi berikutnya, adalah sesi yang
sempat membuat para peserta bertanya-tanya di pertemuan pertama (5 Mei 2012).
“Gimana sih kursi listrik itu?”
begitu pertanyaan mereka ketika saya mengatakan bahwa kita akan kembali bertemu
di sesi yang sangat mendebarkan, yaitu “kursi listrik”.
Sesi “kursi listrik” pertamakali
dipatenkan oleh penggagas Galeri Kelas Ajaib, Benny Rhamdani. Hingga saat ini,
GKA selalu memakai istilah “kursi listrik” sebagai bentuk pertanggungjawaban
peserta pelatihan atas naskah yang sudah mereka tulis.
Meskipun awalnya peserta takut-takut
untuk maju dan didudukkan di “kursi listrik”, namun setelah Benny Rhamdani
mengawali eksekusi dengan me-review
naskah mereka secara rinci dan menyeluruh, peserta mulai terbiasa dan menikmati
hangatnya “sengatan kursi listrik”. Bahkan mereka begitu antusias
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan penulisan kisah
inspiratif.
Selepas istirahat sholat dan makan
siang, acara review naskah di "kursi listrik" dilanjutkan. Kali ini giliran saya
sebagai Trainer me-review beberapa naskah peserta. Kebetulan naskah yang
saya baca dan ulas semuanya ditulis oleh peserta perempuan. Mulai dari kisah yang
berjudul, Antara Kuntilanak dan Pekerjaan yang berbau komedi dan horor,
hingga kisah yang berjudul, Separuh Waktuku, menceritakan seorang ibu yang sibuk
membagi waktunya antara pekerjaan di kantor serta mengurus keluarga di rumah.
Saya langsung me-review tulisan
peserta dengan memberikan new comment
berwarna merah di bagian-bagian penting yang perlu diperbaiki.
Meskipun semua
mengisahkan hal-hal yang layak dijadikan cerita inspiratif, namun dari sembilan
naskah, saya memilih dua cerita yang menurut saya sangat menarik. Untuk itu
saya memberikan hadiah buku karya saya kepada penulisnya.
Ada kejadian yang sempat membuat saya merasa tarsanjung. Selesai
me-review, saya sengaja ke luar ruangan untuk mengambil minum. Salah satu peserta datang
mendekati saya.
“Mbak, itu
gimana sih cara membuat merah-merahnya? Keren deh, saya langsung paham mana
bagian yang harus dikoreksi. Nanti naskah saya dikirim balik ke saya
dengan merah-merah itu ya Mbak, supaya saya enggak lupa,” katanya membuat saya
tersenyum dan menjelaskan bagaimana caranya warna merah itu bisa melekat di
naskah peserta yang saya review. Saya sebut itu "membatik" naskah. Dia tertawa.
“Oh, gampang
ternyata ya. Aduh, saya kebiasaan serius sama surat-surat formal dan gak sempat
belajar yang begitu,” tambahnya lagi.
Setelah sesi
saya berakhir, review naskah di “kursi listrik” dilanjutkan oleh Trainer HayaAliya Zaki. Salah satu peserta yang naskahnya di-review oleh Haya,
sempat meneteskan air mata ketika diminta menceritakan naskah yang ditulisnya. Kisah itu ternyata menceritakan drama kehidupannya yang paling rumit. Peserta
yang mendengar terbawa suasana haru.
Di akhir review,
Haya Aliya Zaki (mewakili para Trainer), memberikan kesimpulan bahwa secara
keseluruhan, tulisan para peserta sudah bagus. Namun, sebagian ada yang perlu
direvisi.
Naskah-naskah
peserta pelatihan yang sudah tersusun dalam satu tema, rencananya akan diajukan
ke penerbit. Semoga dengan terbitnya buku kisah inspiratif ini nanti, para
peserta semakin semangat untuk terus menulis.
Mbak Suci sempat
mengatakan, “Kami sangat senang ikut training ini. Selama ini banyak hal kecil
tapi berhikmah yang terlewat begitu saja. Mulai sekarang saya akan
menuliskannya. Bermanfaat bagi saya, bermanfaat bagi pembaca.”
Di penghujung
acara, Ketua Galeri Kelas Ajaib, Sokat Rachman dan Trainer Haya Aliya Zaki
menyerahkan sertifikat kepada peserta pelatihan (Ikatan Pegawai Bank
Indonesia) yang diwakili oleh Ibu Hasti Adiani Dwiputranti dan Bapak
Dudy Iskandar. Saya sendiri menyerahkan hadiah buku kepada Bapak Priyono
sebagai peserta dengan naskah terbaik.
Tak lengkap
rasanya jika kebersamaan Tim Galeri Kelas Ajaib (Benny Rhamdani, Sokat Rachman,
Haya Aliya Zaki, saya, Fitria Chakrawati, Rezki Dayan, Indah Juli, serta Ratih Soe) dan IPEBI
ini tak diabadikan dalam bentuk foto bersama.
Semoga kerjasama
ini terjalin terus dengan baik. Sampai bertemu di pelatihan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar