(Versi asli):
Pagi itu, pesawat Emirates yang membawa kami dari Jakarta mendarat di bandara Heathrow, London. Setelah cek bagasi dan koper yang kami bawa sudah lengkap, kami pun mencari pintu keluar. Di sana kami sudah ditunggu oleh supir taksi yang memang telah dipesan oleh teman untuk menjemput saya dan suami.
Pagi itu, pesawat Emirates yang membawa kami dari Jakarta mendarat di bandara Heathrow, London. Setelah cek bagasi dan koper yang kami bawa sudah lengkap, kami pun mencari pintu keluar. Di sana kami sudah ditunggu oleh supir taksi yang memang telah dipesan oleh teman untuk menjemput saya dan suami.
Sebenarnya, naik
taksi adalah salah satu hal yang paling tidak disarankan selama menjadi turis
di London. Selain mahal, belum tentu
kenyamanan Anda bisa dijamin. Tapi, dengan koper
besar dan beberapa bawaan kecil akan menyulitkan kami jika harus naik turun tube (kereta api di London). Belum lagi
saya dan suami baru pertamakali berkunjung ke negeri bola itu.
Udara di musim
dingin mulai menusuk ketika kami tiba di depan sebuah rumah. Di salah satu
kamar di rumah itulah kami menginap selama seminggu. Perkenalan pun dibuka
dengan suasana kekeluargaan. Tidak sulit untuk langsung menjadi akrab, karena
pemilik rumah tersebut orang Indonesia juga. Kami seperti tidak sedang pergi jauh dari
tanah air. Tawa dan canda begitu cepat mengalir melebur rasa lelah sehabis
menempuh perjalanan panjang selama kurang lebih 17 jam, Soekarno Hatta –
Heathrow.
Mengawali Perjalanan
Tidak
menyia-nyiakan waktu, saya
dan suami pun memutuskan untuk mencoba menikmati sisa waktu di hari pertama. Stasiun kereta tidak begitu
jauh dari lokasi
kami menginap.
Cukup berjalan kaki saja untuk mencapainya.
Tiba di stasiun,
saya dan suami melihat-lihat tarif yang berlaku untuk setiap jarak tempuh. Kami mulai menghitung-hitung. Ini erat kaitannya dengan anggaran yang telah kami
sediakan selama berada di London. Tak bisa asal-asalan kalau tak ingin kehabisan
anggaran di negeri orang.
Akhirnya
kami memutuskan untuk membeli kartu secara paket, yaitu tarif untuk perjalanan
selama seminggu. Harganya lebih murah dan efisien. Kartu (tiket) itu bisa sekaligus
kami pakai untuk naik bis juga. Kartu tube mudah dibeli di seluruh stasiun underground. Kalau untuk
berlangganan, bisa dipesan lewat jalur online.
Kita bisa memilih dari yang berlaku 1, 3, dan 7 hari.
Perjalanan
dengan tube pun dimulai. Ternyata gampang
sekali. Di dalam tube, di dinding bagian kiri dan kanannya sudah ada terpampang
rute dan tempat-tempat di mana ingin berhenti.
Kami memilih turun di stasiun yang
dekat dengan Tower
Bridge.
Berjalan kaki menembus
udara dingin pun dimulai.
Indahnya kota London membuat saya
terpana dan kagum. London yang merupakan kota besar di Eropa menyajikan
tempat-tempat bersejarah dan perbelanjaan yang lengkap. Jika kuat untuk
berjalan kaki, keindahan kota London bisa ditelusuri melewati trotoar-torotar
yang bersih dan cukup nyaman
untuk para pejalan kaki.
Melanjutkan Eksplorasi
Hari
berikutnya, kami kembali menyusuri dan menikmati kemegahan kota London. Beberapa bangunan
dan atribut yang menjadi icon kota
London pun tertangkap oleh kamera. Seperti Trafalgar Square
yang selalu menjadi titik pertama sebelum menjelajahi tempat menarik lainnya di London. Di sini
terdapat monumen tinggi dengan patung Kapten Nelson di atasnya. Monumen ini didirikan
pada tahun 1843 untuk memperingati kemenangan Laksanama Horatio Lord Nelson atas armada
Perancis dalam Pertempuran Trafalgar,
21 Oktober 1805. Dengan tinggi
sekitar 52 meter, monumen ini tampak begitu megah.
Pada
tahun 1812,
arsitek John Nash mengembangkan konsep baru untuk memperbaiki wajah London. Dia
merencanakan lokasi yang dijadikan sebagai
lapangan kultural serta terbuka untuk umum. Pada tahun 1830 tempat itu secara resmi dinamakan
Trafalgar Square.
Dari
tempat ini, kami lanjutkan dengan berjalan
kaki menuju lokasi Big Ben yang terkenal. Big Ben adalah nama sebuah menara
jam yang berada di gedung Parlemen di Westminster, London. Big Ben juga merupakn
menara jam terbesar kedua di dunia. Menara ini tingginya sekitar 96.3 meter.
Struktur bangungan merujuk pada gaya Gothik Victoria.
Kami juga tak
lupa untuk mengabadikan kenangan di depan London Eye yang berupa bianglala
besar itu. Lingkaran berbentuk kincir
angin, memberikan kesempatan menikmati London dari udara dengan beragam paket
yang ditawarkan.
Sebenarnya
banyak sekali tempat menarik yang ingin saya sajikan di rubrik ini, namun
beberapa ikonik saja sudah sangat memanjakan mata. Untuk melengkapi perjalanan,
saya dan suami bergegas menuju istana Buckingham yang sangat tersohor itu. Di
sanalah Ratu Elizabeth bertahta.
Tak
hanya kemegahan istana Buckingham yang bisa tertangkap oleh bidikan kamera kami.
Di sekitar area istana, kami dimanjakan oleh pemandangan taman yang sejuk untuk
mengambil waktu rehat. Taman
tersebut bernama St. James's Park, London. Letaknya tak begitu jauh dari
Istana Buckingham.
Ada banyak satwa liar yang
berkeliaran di taman ini. Anda bisa bercengkerama dengan burung-burung dan
tupai-tupai lincah yang berkeliaran di lokasi taman.
Berkunjung ke salah satu masjid
Tak
lengkap rasanya jika kami belum menemukan sebuah bangunan yang bisa memanjakan
batin. Kami pun tiba di The London Central Mosque. Tak banyak yang bisa kami
abadikan di sini, karena ada larangan ketat untuk mengambil foto pernak-pernik
di dalamnya.
Keletihan
akhirnya kami urai di rumah Allah ini, demi menyegarkan nurani untuk menempuh
perjalanan berikutnya yang masih begitu panjang di negeri Ratu Elizabeth. [Wylvera W.]
***
Sudah dimuat di Majalah NooR
Ah perjalanan yang memukau, semoga Allah mudahkan kita untuk menyusuri bumiNYA :)
BalasHapusAamiin, makasih sdh mau mampir ke sini ya, Mbak. :)
Hapus