Ketika menulis sebuah cerita apakah itu cerita pendek atau novel, satu hal yang membuat puas adalah ketika karya itu akhirnya dimuat atau diterbitkan dan dinikmati pembacanya. Begitu juga saat saya menyelesaikan naskah cerita yang awalnya diberi judul “Student of the Year” ini.
Cerita ini berhasil saya selesaikan karena ingin mengaplikasikan ilmu menulis di Kelas Ajaib yang dimentori oleh Benny Rhamdani. Dengan deadline yang diberikan, waktu itu saya berusaha keras menuntaskan ceritanya dengan baik. Akhirnya saya mampu menyelesaikannya tepat waktu. Selanjutnya naskah yang sudah selesai ini pun diajukan ke penerbit. Saya mencoba menawarkannya ke penerbit yang cukup punya nama besar di dunia perbukuan, yaitu Bhuana Ilmu Populer.
Alhamdulillah, editornya menyambut dengan baik. Tanpa menunggu terlalu lama, akhirnya BIP memberi kepastian bahwa naskah novel anak karya saya akan diterbitkan. Meskipun akhirnya judul cerita berganti menjadi “Fatty Prety” saya tak mampu meluapkan kegembiraan saya sehingga membuat status di facebook tentang kabar diterimanya naskah itu. Yang lebih membanggakan, sang editor mengatakan bahwa ini adalah novel anak pertama yang diterbitkan di BIP. Tentu saja saya merasa ge-er serasa menjadi Pioneer. *blushing*
Lewat diskusi bersama editor cerita anak di BIP untuk revisi di beberapa bagian cerita, Si Fatty Prety pun akhirnya sudah ikut mejeng di toko-toko buku Gramedia. Dan, tanpa saya duga sebelumnya, baru saja Fatty Prety terbit di bulan Mei 2013, saya sudah menerima laporan royaltinya yang cukup lumayan. Dalam sebulan sudah sekitar 500 eksemplar yang terjual. Tentu saja saya berharap semoga Fatty Prety semakin dicari dan diminati. Aamiin. :)
Ide Cerita.
Saya suka membahas masalah kelebihan berat badan bersama putri saya, Mira. Bahkan kami juga pernah mencoba diet bersama dengan minuman herbal, namun kembali lagi ke bentuk semula alias masih terlihat gemuk. Hehehe....
Nah, dari obrolan-obrolan itulah muncul ide di kepala saya untuk menuliskan kisah seorang anak perempuan yang bertubuh gemuk tapi tetap pede dan enjoy dengan kegemukannya. Kebetulan waktu itu saya mendapat tugas membuat cerita dari hasil pelatihan menulis di Kelas Ajaib. Ide inilah yang saya pakai dan saya kembangkan menjadi cerita dengan menambahkan karakter tokoh utamanya yang tidak hanya gemuk tapi juga pintar dan jago matematika serta mengarang cerita.
Mengapa saya memilih tokoh utama yang kurang menarik? Apakah saya tidak takut kalau pembaca cilik nanti jadi tidak tertarik sama tokohnya? Jawabnya tidak! Saya ingin memberi gambaran bahwa di luar sana banyak anak-anak dengan penampilan fisik yang biasa-biasa saja bahkan cenderung tidak menarik tapi memiliki banyak kelebihan sehingga membuatnya tetap bisa tampil percaya diri dan menjadi panutan, terutama di sekolahnya. Dan, saya menggambarkan Prety dengan karakter pintar, gemuk, familiar, tapi tetap ada sisi sombongnya alias percaya diri yang luar biasa.
Bagi saya, tokoh utama dalam cerita tak harus selalu santun, baik, seolah tanpa cacat di prilakunya. Meskipun anak-anak pintar cenderung berprilaku seperti itu, tapi tak sedikit juga anak-anak genius itu punya sikap natural sebagai individu yang terkadang terlihat terlalu percaya diri karena merasa dirinya pintar tak tertandingi. Nah, beginilah saya ingin menggambarkan Prety dalam novel ini.
Cerita ini berhasil saya selesaikan karena ingin mengaplikasikan ilmu menulis di Kelas Ajaib yang dimentori oleh Benny Rhamdani. Dengan deadline yang diberikan, waktu itu saya berusaha keras menuntaskan ceritanya dengan baik. Akhirnya saya mampu menyelesaikannya tepat waktu. Selanjutnya naskah yang sudah selesai ini pun diajukan ke penerbit. Saya mencoba menawarkannya ke penerbit yang cukup punya nama besar di dunia perbukuan, yaitu Bhuana Ilmu Populer.
Alhamdulillah, editornya menyambut dengan baik. Tanpa menunggu terlalu lama, akhirnya BIP memberi kepastian bahwa naskah novel anak karya saya akan diterbitkan. Meskipun akhirnya judul cerita berganti menjadi “Fatty Prety” saya tak mampu meluapkan kegembiraan saya sehingga membuat status di facebook tentang kabar diterimanya naskah itu. Yang lebih membanggakan, sang editor mengatakan bahwa ini adalah novel anak pertama yang diterbitkan di BIP. Tentu saja saya merasa ge-er serasa menjadi Pioneer. *blushing*
Lewat diskusi bersama editor cerita anak di BIP untuk revisi di beberapa bagian cerita, Si Fatty Prety pun akhirnya sudah ikut mejeng di toko-toko buku Gramedia. Dan, tanpa saya duga sebelumnya, baru saja Fatty Prety terbit di bulan Mei 2013, saya sudah menerima laporan royaltinya yang cukup lumayan. Dalam sebulan sudah sekitar 500 eksemplar yang terjual. Tentu saja saya berharap semoga Fatty Prety semakin dicari dan diminati. Aamiin. :)
Ide Cerita.
Saya suka membahas masalah kelebihan berat badan bersama putri saya, Mira. Bahkan kami juga pernah mencoba diet bersama dengan minuman herbal, namun kembali lagi ke bentuk semula alias masih terlihat gemuk. Hehehe....
Nah, dari obrolan-obrolan itulah muncul ide di kepala saya untuk menuliskan kisah seorang anak perempuan yang bertubuh gemuk tapi tetap pede dan enjoy dengan kegemukannya. Kebetulan waktu itu saya mendapat tugas membuat cerita dari hasil pelatihan menulis di Kelas Ajaib. Ide inilah yang saya pakai dan saya kembangkan menjadi cerita dengan menambahkan karakter tokoh utamanya yang tidak hanya gemuk tapi juga pintar dan jago matematika serta mengarang cerita.
Mengapa saya memilih tokoh utama yang kurang menarik? Apakah saya tidak takut kalau pembaca cilik nanti jadi tidak tertarik sama tokohnya? Jawabnya tidak! Saya ingin memberi gambaran bahwa di luar sana banyak anak-anak dengan penampilan fisik yang biasa-biasa saja bahkan cenderung tidak menarik tapi memiliki banyak kelebihan sehingga membuatnya tetap bisa tampil percaya diri dan menjadi panutan, terutama di sekolahnya. Dan, saya menggambarkan Prety dengan karakter pintar, gemuk, familiar, tapi tetap ada sisi sombongnya alias percaya diri yang luar biasa.
Bagi saya, tokoh utama dalam cerita tak harus selalu santun, baik, seolah tanpa cacat di prilakunya. Meskipun anak-anak pintar cenderung berprilaku seperti itu, tapi tak sedikit juga anak-anak genius itu punya sikap natural sebagai individu yang terkadang terlihat terlalu percaya diri karena merasa dirinya pintar tak tertandingi. Nah, beginilah saya ingin menggambarkan Prety dalam novel ini.
Sinopsis.
Pemilihan Murid Terbaik di London Bristol Primary School akan tiba. Prety cemas dengan kehadiran Cicilia, murid baru pindahan dari Birmingham. Dia merasa popularitasnya terancam.
Prety adalah anak gemuk jagoan matematika dan mengarang. Dia mulai terusik dengan kehadiran Cicilia yang langsing dan supel. Cicilia pun selalu membandingkan kebiasaannya makan sehat dengan Prety yang suka sekali cokelat dan keju. Terjadilah persaingan antara Prety dan Cicilia. Akankah Prety mendapat gelar Murid Terbaik tahun in?
Kalau mau tahu lengkapnya, jangan segan-segan baca novelnya ya. *_^