Saat menyimak pembukaan acara (dokpri) |
Permintaan untuk memberikan
pelatihan menulis di inbox facebook
sudah beberapa kali saya terima. Tentu saja saat membacanya ada perasaan campur baur
antara deg-degan dan senang. Begitu pula ketika menerima permintaan dari Mbak
Rianti Budiman, rasa bangga dan senang itu muncul tiba-tiba. Siapakah Mbak
Rianti Budiman ini? Mengapa saya bisa mendapat permintaan untuk memberi
pelatihan tersebut? Saya perkenalkan terlebih dahulu ya. Hehehe....
Mbak
Rianti yang saya kenal dengan panggilan Tita adalah teman suami saya. Mbak Tita dan suami sama-sama bekerja di Bank
Indonesia. Saya sudah lama mengenal beliau, tapi belakangn justru saya baru
mengetahui bahwa beliau adalah Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Cabang XL
Brigif 15 Kujang II PD III/Siliwangi. Suami Mbak Tita adalah Komandan di sana.
Wow! Sebuah kehormatan yang membuat saya menjadi benar-benar tersanjung. Begitu
cerita singkatnya.
Begitulah,
setelah beberapa kali kami melakukan kontak lewat facebook dan whatsapp
akhirnya kesepakatan diambil. Pelatihan menulis diselenggarakan pada hari
Sabtu, 14 Juni 2014 di lokasi Asrama Brigif 15 Kujang II Siliwangi, Cimahi.
Saya pun kembali menyiapkan materi dalam format powerpoint yang berisi penjelasan tentang motivasi menulis, berita,
artikel, dan tulisan kisah inspiratif. Ini saya susun berdasarkan informasi
yang saya terima bahwa ibu-ibu tentara tersebut ingin mendapatkan keterampilan
mengemas tulisan nonfiksi untuk bisa ikut dan percaya diri mengisi majalah internal mereka.
Tibalah
hari yang telah disepakati. Saya diantar oleh suami menembus udara pagi yang
cerah menuju Cimahi. Perjalanan yang lancar mengantarkan kami tepat pada waktu
yang dijanjikan, yaitu pukul 09.00 WIB. Kami disambut dengan hangat oleh Bu Dini,
salah satu dari anggota Persit yang sebelumnya menjadi penghubung dengan saya
untuk kelancaran acara pelatihan.
Kami
diantarkan ke ruang tamu yang begitu nyaman. Di meja telah terhidang camilan
dan minuman sebagai pelengkap sambutan yang hangat tersebut. Namun, karena ibu-ibu
dari Sukabumi belum hadir (tercegat kemacetan), waktu menunggu saya gunakan
untuk berbincang dengan Ibu Wakil Ketua. Kesempatan itu saya pakai untuk
menanyakan beberapa hal yang bisa melengkapi referensi saya tentang peserta
pelatihan agar tidak terjadi kekakuan.
Pembukaan acara (dokpri) |
Setelah
peserta pelatihan dari masing-masing utusan perwakilan pengurus Persit Ranting
3 Yonif 310 Sukabumi, Ranting 4 Yonif
312 Subang, dan perwakilan Persit Ranting 1 Denma yang semuanya merupakan
perwakilan pengurus telah berkumpul, saya pun diminta memasuki ruang pelatihan.
Lagi-lagi saya merasa tersanjung. Kehadiran saya sebagai pemateri di acara
pelatihan menulis ini benar-benar mendapat sambutan yang tertata sedemikan
rupa. Terlepas dari panitia adalah ibu-ibu tentara yang telah terbiasa mengemas
acara, tetap saja saya merasa benar-benar dihargai dan diperlakukan sebagai
tamu yang ditunggu-tunggu kedatangannya. Luar biasa!
Acara
pun dibuka oleh Ny. Tanty Ipa Fauzi selaku MC. Dilanjutkan kata sambutan oleh
Ny. Tita Fifin Firmansyah selaku Wakil Ketua Persit KCK Cabang XL Brigif 15
Kujang PD II/Siliwangi. Dalam sambutannya beliau menyampaikan permohonan maaf dari Ibu Rianti Budiman yang tidak bisa hadir karena mengurus kelulusan
ananda tercintanya. Selepas itu, sesi pelatihan dibuka pula oleh Ny. Jesicca
Riza Taufiq selaku Moderator yang membacakan beberapa hal penting dari CV saya.
Sesi pelatihan menulis pun dimulai. (dokpri) |
Usai Moderator membuka sesi pelatihan, saya pun langsung memandu acara. Seperti
biasa saya memberi salam dan perkenalan . Saya ingin agar para peserta
pelatihan menulis klik dulu dengan
pemateri. Pembukaan harus menjadi permulaan yang menyegarkan dan nyaman untuk
peserta dan saya. Joke ringan menjadi
umpan sederhana yang selalu saya lakukan setiap kali mengisi pelatihan menulis.
Melihat
senyum dan tawa kecil dari ibu-ibu tersebut membuat saya enjoy meneruskan materi pelatihan. Satu per satu slide dari powerpoint yang sudah saya kemas sedemikian rupa pun terpampang di
layar infokus. Pertama, saya memberikan motivasi tentang menulis. Berikutnya
materi tentang berita dengan contoh-contohnya. Setelah itu, saya lanjutkan
dengan mengupas tentang artikel dan contohnya.
Karena
materi sangat padat, saya tak ingin ibu-ibu merasa jenuh meskipun setiap kali
saya bertanya tentang semangat peserta dan jawabannya selalu “masih”, saya
harus tetap menjaga kekonsistenan perhatian mereka. Sebelum melanjutkan materi berikutnya,
saya selingi pelatihan dengan games.
Benar saja, ibu-ibu menjadi semakin bersemangat dan seolah semua ingin menerima
tantangan games dari saya.
Selamat ya, ibu-ibu! (dokpri) |
Dua
kesempatan yang saya berikan akhirnya dimenangkan oleh dua orang ibu yang
memberi jawaban dengan melengkapi alasan yang paling pas dari pertanyaan
semacam teka-teki yang saya ajukan. Saya mengatakan bahwa pertanyaan yang saya
berikan keduanya sangat erat kaitannya dengan materi yang saya sampaikan.
Ibu-ibu dipancing kreativitasnya dalam memberikan jawaban. Semua jawaban
sebenarnya tak ada yang salah sebab menulis bukanlah ilmu matematika, namun dua jawaban yang diberikan ternyata jauh
lebih kreatif. Maka merekalah yang mendapatkan hadiah pertama dari saya.
Materi
berlanjut ke penulisan kisah inspiratif. Sudah saya duga sejak awal kalau
materi inilah yang paling mengena dengan ibu-ibu. Saat memaparkan hal-hal
penting terkait dengan tulisan inspiratif, saya merasakan keantusiasan peserta
semakin meningkat. Kesempatan baik itu saya ambil untuk kembali melempar
guyonan-guyonan segar yang mampu membuat mereka tertawa dan sesekali ikut
berkomentar.
“Sebagai
contoh saja ini ya, Bu. Misalnya, ibu ingin menceritakan bahwa suatu ketika ibu
medengar hape bapak berbunyi tengah malam, sementara bapak telah terlelap.
Tiba-tiba ibu ingiiin sekali membuka pesan di hape itu. Dengan mengendap-endap
dan dibebani rasa bersalah dan benar, antara dorongan ingin membaca dan tidak,
namun akhirnya ibu memutuskan untuk membacanya. Dengan tangan gemetar dan
jantung berdegup kencang ibu membaca sebaris kalimat yang menanyakan, “Mas,
sudah tidur ya” di hape bapak, itu menjadi sesuatu ledakan dahsyat yang sulit
ditenangkan,” begitu saya memberi contoh yang disambut oleh respon
“Geeerrr....” dari peserta.
Dari
contoh itu saya dan peserta pun seolah semakin ditautkan oleh semangat
kebersamaan. Hahaha... begitulah ibu-ibu pada umumnya. Contoh-contoh yang dekat
dengan kehidupan mereka memang menjadi sesuatu yang hangat untuk dibahas. Tapi,
materi pelatihan masih terus berlanjut, maka saya sengaja menghentikan contoh
bermuatan lelucon yang sudah mampu mengidupkan suasana.
“Maaf,
ya ibu-ibu... sampai di sini saja dulu ceritanya. Nanti kita lihat apakah si
Wiwin itu benar-benar ada atau tidak,” ujar saya membuat tawa kembali pecah
memenuhi ruang pelatihan. Stt, Wiwin yang saya sebutkan adalah nama pengirim
pesan di hape si bapak tadi, lho. Hehehe....
Sesi praktik (dokpri) |
Setelah
semua materi telah saya sampaikan, saya masih memberi kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan. Sesi pelatihan
saya akhiri dengan praktik menulis. Saya bebaskan peserta untuk memilih jenis
tulisan apa yang ingin mereka kerjakan. Berita, artikel atau kisah inspiratif.
Saya berikan waktu setengan jam untuk menyelesaikan tulisan dengan minimal
setengah halaman folio. Setelah itu saya meminta waktu sekitar lima belas menit
untuk memilih tulisan terbaik. Sambil saya membaca, peserta rehat dan menikmati
snacknya.
Inilah enam orang ibu yang tulisannya terpilih sebagai tulisan terbaik. (dokpri)
|
Dari
35 tulisan yang terkumpul, terpilihlah 6 tulisan terbaik dengan jenis tulisan
yang berbeda. Sejujurnya, semua tulisan yang saya baca bagus-bagus, namun karena
hadiah dari saya hanya tersisa 6, terpaksa saya hanya memilih 6 tulisan saja.
Setelah pemberian hadiah untuk penulis terbaik ternyata saya juga dapat hadiah
dari panitia. Senangnyaaa....
Cinderamata yang cantik. :) (dokpri) |
Acara
pun ditutup dengan doa dan foto bersama masing-masing wilayah. Tidak sampai di
situ, saya juga diberi suguhan makan siang ala prasmanan dengan menu yang serba
lezat (duh, nggak sempat ambil fotonya, hehehe).
Akhirnya,
menutup semua kebersamaan yang begitu menyenangkan selama kurang lebih tiga jam
itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Mbak Rianti Budiman, Mbak Dini,
dan Ibu Tita (wakil ketua) atas kepercayaan yang telah diberikan kepada saya
sebagai pemateri di pelatihan menulis ini. Semoga apa yang sudah saya sampaikan
dapat dipraktikkan sesuai kebutuhan menulis yang dimaksud. Terima kasih atas
kerjasama yang menyenangkan ini. [Wylvera W.]
Pengin belajar dari mak Wiwik cara menyampaikan materi dengan menarik. Aku kepoin terus nih blognya. Mak Wiwik makin laris aja :D
BalasHapusHahahaha, kudu tatap muka, Mak Lusi. Kalau online kan gak bisa lihat wajahku yang manis ini. *polos* ;)
HapusPengen belajar banyak dari Mak Wiwiek, salam kenal.
BalasHapusYuk, mari Mas. Salam kenal kembali ya. :)
HapusKegiatan yang bagus Jeng
BalasHapusSemoga ibu2 PKCK menjadi rajin menulis dan bisa menerbitkan buku
Salam hangat dari Surabaya
Aamiin, makasih Pak. Salam hangat kembali dari Bekasi. :)
HapusSenengnya bisa berbagi ilmu..
BalasHapusAjarin dong cara bikin presentasi yang asyik..xixixi..nodong
Hehe, itu ala bisa karena biasa Mbak Ety. Awal-awal dulu aku juga suka deg-degan, tapi ke sininya malah jadi asyik. Soal ppt, tergantung selera sih sebenarnya mau pakai template yg gimana.
Hapusyg bapak2nya sekalian tawarin ke saya aja pelatihannya :)
BalasHapusHahaha, nanti coba saya tanyakan ya, Bhai apa bapak-bapaknya mau juga. :)
Hapuspelatihan menulis di thariq kapan nih mbak? :) aku pingin ikutan
BalasHapusSabar ya, sedang diproses. :)
Hapuswaaah waaah...seru pastinya ya mbaaa....kebayang ramee deh kelasnya :)
BalasHapusIya, Mbak ada sekitar 35 ibu yang cantik-cantik dan smart. ;)
Hapuspelatihannya udah, berarti tinggal rajin2 prakteknya, ya Mak :)
BalasHapusBetul, Mak. Kalau tidak dilatih, keterampilan menulis itu tidak akan pernah terasah dengan baik. Aku pun masih terus harus memperdalam kemampuan menulis untuk menghasilkan hasil tulisan yang lebih baik lagi. :)
Hapusduuh pasti para perserta senang dan dapat banyak manfaat. senangnya saat bisa berbagi ilmu.
BalasHapusIya, Mbak Ida. Berbagi ilmu itu tak bisa dinilai dengan materi. Makanya, aku yakini, sekecil apa pun ilmu yang kupunya jika ada yang membutuhkannya, jangan menunda untuk membagikannya. :)
HapusPengen belajar banyak dari Mak Wiwiek, salam kenal.
BalasHapus