“Passion Saya Lebih pada Dunia Kreatif Tekstil Indonesia”
Arulita Handayani (doc. pribadi) |
Pertama kali kami berjumpa dengan sosok
perempuan yang ramah ini, kesan smart
sangat terpancar dari tutur katanya yang tertata rapi dan sistematis. Perempuan
yang merasa aman menggunakan warna beige, navy blue,
hitam dan putih ini adalah sosok yang selalu setia mendampingi sang suami,
Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia. Sambutannya yang
sangat bersahabat membuat kami ingin menggali lebih jauh tentang beliau.
Buah
Pengalaman Masa Kecil
Lahir di Menado dan diberi nama
lengkap Arulita Handayani oleh kedua orangtuanya, perempuan yang gemar
mengoleksi buku-buku masakan terbaik ini adalah anak tertua dari tiga
bersaudara. Ibu Arulita menikmati masa kecilnya di Palembang. Selama sembilan
tahun mengikuti orangtua yang harus berpindah-pindah tugas sebagai pegawai
negeri di PLN. Sejak SMP, SMA
dan kuliah, diselesaikannya di Jakarta.
Koleksi batik Ibu Arulita (doc. pribadi) |
Duduk di salah satu ruang dalam
rumahnya, mata kami langsung tertuju pada lemari yang memuat koleksi batik dan
rupa-rupa barang antik tersebar rapi di segala ruang. Ketika ditanya tentang
koleksinya, Ibu Arulita langsung antusias menjelaskan. “Passion saya itu memang lebih pada dunia kreatif dan wastra atau kain Indonesia, karena
kain
Indonesia itu luar biasa. Menurut saya, salah satu negara terkaya akan kain adalah Indonesia. Begitu hebatnya
koleksi kain
kita. Saya suka mengeksplore
dan mencari-cari kain tua. Semua itu saya lakukan selain untuk melengkapi
pengetahuan juga untuk koleksi sendiri,” ujarnya bersemangat sambil
mengeluarkan beberapa koleksi batik kuno miliknya.
Koleksi batik lain milik Ibu Arulita (doc. pribadi) |
Munculnya keinginan untuk mengetahui
seluk-beluk tekstil Indonesia bukan tanpa alasan. “Melihat kecintaan kedua
orangtua terhadap keramik dan kain kuno sejak saya kecil, memberikan pengaruh
yang sangat besar bagi saya. Pendidikan yang sangat berharga sebagaimana
pendidikan formal saya lainnya. Dari sanalah saya akhirnya ikut menyenangi dan
ingin terus menggali lebih jauh tentang tekstil, baik tenun, songket ataupun
batik,” ungkapnya memberi jawaban akan hobi dan kegemarannya itu.
Koleksi batik yang sangat terawat milik Ibu Arulita (doc. pribadi) |
Penjelasan itu sangat terdukung
karena dengan muatan pengetahuannya tentang batik, Ibu Arulita sangat menguasai betul
cara pengerjaan batik hingga ke bagian titik-titik terkecil ( yang sudah sangat jarang dilakukan oleh pembatik saat ini ) pada
motif batik koleksinya. Semua yang diperolehnya dari pengalaman masa kecil
membawanya pada pengalaman hidup yang sangat berharga. Setelah sempat selama 17
tahun bekerja di dunia korporasi serta menjabat sebagai Direktur Utama Pasaraya
Nusakarya, saat ini Ibu Arulita memiliki banyak waktu untuk keluarga dan
meneruskan kecintaannya pada wastra Indonesia serta industri kreatif.
Menurutnya, wastra atau kain Indonesia memiliki catatan sejarah yang sangat
berharga. Cermin budaya dan peradaban bangsa yang besar. “Suami dan anak-anak
memberikan dukungan mereka dengan membebaskan, memahami dan kadang menemani
saya dalam ‘dunia seni’ yang bizzare
dan sulit mereka mengerti,” imbuhnya dengan bijaksana.
Menikmati
Kebersamaan Dengan Keluarga
Ibu Arulita adalah mantan mahasiswi
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Di sanalah beliau bertemu dan kenal
dengan belahan jiwanya, Mirza Adityaswara karena mereka teman seangkatan di
jurusan tersebut. Pertemuan yang akhirnya membawa pasangan harmonis ini ke
jenjang pernikahan dan telah diarungi selama 22 tahun. Dari pernikahan
tersebut, mereka dikaruniai dua orang putra. Yang tertua, Kemal Razindyaswara,
saat ini menempuh kuliah di National University of Singapore (NUS). Sementara
anak kedua, Nabil Harindyaswara masih duduk di kelas 3 SMA 8 dan saat ini
sedang menempuh foundation studies di
Trinity College, Melbourne.
Ketika ditanya tentang passion masing-masing, Ibu Arulita
mengatakan, “Meskipun kami berdua memiliki latar belakang pendidikan yang sama,
kegiatan dan passion kami sangat
berbeda. Suami saya menyenangi hal-hal serius tentang ekonomi dan moneter,
sedangkan saya mencintai hal-hal yang berkaitan dengan seni, dunia kreatif dan fashion. Mungkin perbedaan itulah yang
menjadikan komunikasi kami berdua menjadi unik.”
Ibu Arulita dan keluarga tercintanya (doc. pribadi) |
Disinggung tentang anak-anak,
perempuan pencinta makanan khas (dari tempat-tempat yang paling sederhana) ini
mengatakan beliau percaya bahwa yang paling dibutuhkan oleh anak-anak kita
adalah kasih sayang yang tulus, pelukan dan doa. Menurut beliau, rumah adalah
tempat terbaik bagi anak-anak untuk belajar dan tumbuh dengan nilai-nilai
kehidupan yang dicontohkan oleh orangtua dan menjadi modal utama mereka kelak.
Ditanya tentang harapannya terhadap jabatan
suami, perempuan yang juga mengagumi para ibu yang masih menjaga dan meneruskan
kekayaan kuliner otentik Indonesia ini mengatakan, “Setiap jabatan yang
dipercayakan kepada suami, kami sekeluarga menerimanya sebagai sebuah amanah
dan kehendak Allah SWT. Saya mendampingi dan selalu mendoakan semoga suami saya
dapat memberikan pengabdian terbaiknya bagi Bank Indonesia dan juga keluarga
besar BI.”
Tentang
Perempuan dan Pendidikan
Saat ditanya tentang tema Majalah
Insani di edisi ini, perempuan yang mengatakan bahwa semua ibu adalah chef hebat dan living
heritage bagi bangsa ini, memberikan tanggapannya yang cerdas. Menurutnya,
institusi pendidikan terbaik dan terkemuka di dunia tidak lagi menjadikan
perbedaan gender sebuah isu. Di Indonesia, kesempatan mendapatkan pendidikan
terbaik bagi perempuan juga sama besarnya dengan kesempatan bagi pria. Dalam
pendidikan, kaum perempuan memegang kunci kendali terhadap dirinya sendiri
sejauh atau setinggi apa pun cita-cita dan impiannya. Dengan kemajuan teknologi,
banyak kesempatan belajar yang dimungkinkan untuk diperoleh secara online dimanapun kita berada, bahkan
tanpa meninggalkan rumah sekalipun.
“Perempuan saat ini memiliki
tantangan peran yang multifaceted,
menjadi sahabat dan pendamping tak tergantikan bagi suaminya, pendidik dan
sumber kekuatan terbaik bagi anak-anaknya, serta menjadi warga negara yang
kreatif sekaligus menginspirasi,” rincinya detail.
Tentang
PIPEBI dan Insani
Menurut perempuan yang juga menyukai
warna mustard yellow, mint green, dan
coral ini bahwa dalam sejarah
Indonesia, organisasi kewanitaan memiliki peran yang penting terutama dalam
upaya membangun kesadaran kebangsaan, mencerdaskan, dan meningkatkan
keterampilan wanita. “Semoga PIPEBI dapat menjadi pengikat silaturahmi, penjaga
kekayaan budaya bangsa, dan menjadi bagian dari kemajuan Bank Indonesia,”
pesannya penuh harap.
Berbagi pengetahuan tentang detail motif batik (doc. pribadi) |
Sementara terhadap Majalah Insani, Ibu
Arulita Mirza Adityaswara mengatakan bahwa dalam perjalanan menemani suaminya
ke perwakilan Bank Indonesia di berbagai daerah, beliau mengetahui jika majalah
ini adalah media komunikasi dan informasi yang ditunggu oleh anggota PIPEBI.
“Semoga Majalah Insani dapat terus menjadi sumber inspirasi sekaligus
menghibur. Memperkaya fotografi
dapat menjadi sebuah kekuatan mewakili ribuan kata-kata. Lihatlah bagaimana instagram yang notabene hanyalah
kumpulan foto, dalam waktu singkat menciptakan perilaku baru di dunia,”
pungkasnya mengakhiri bincang-bincang kami. [Wiwiek Indra Gunawan a.k.a Wylvera W./Majalah Insani edisi 23/TH VIII/April 2014]