Pelajaran jurnalistik dan menulis
sangat membutuhkan kemampuan menggunakan komputer. Minimal mengetik dan
menyimpan hasil ketikan. Dalam proses belajar mengajar, perangkat seperti infocus dan layarnya menjadi faktor
penunjang yang mau tidak mau harus dipenuhi. Selain itu hal yang paling
mendukung adalah adanya jaringan internet yang sewaktu-waktu bisa dimanfaatkan/diakses
dalam proses pencarian informasi. Inilah persyaratan dasar yang saya ajukan kepada
Kepala Sekolah ketika pertama kali diminta menjadi tenaga pengajar di kelas
ekstrakurikuler tersebut. Tujuannya semata-mata untuk mempermudah proses belajar mengajar.
Alhamdulillah,
sekolah tempat saya mengajar telah memiliki semua fasilitas yang saya ajukan.
Saya pun menyetujui permintaan Kepala Sekolah untuk mengajar di sana. Sejak
tahun 2010 saya resmi menjadi guru pembimbing kelas ekstrakurikuler
jurnalistik dan menulis di SDIT Thariq Bin Ziyad, Pondok Hijau Permai Bekasi.
Dampak
Minimnya Pengetahuan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Bagi murid sekolah
dasar, kemampuan dalam menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) memang tidak bisa dipukul rata. Disinilah fungsi guru TIK dioptimalkan di
sekolah-sekolah. Tidak terkecuali di tempat saya mengajar. Namun sebagai guru
ekskul, saya tidak bisa intervensi dalam penetapan mulai dari murid kelas
berapa yang sudah layak mengikuti pelajaran TIK tersebut. Sementara di sekolah
saya, murid-murid yang sudah berhak memilih beragam ekstrakurikuler dimulai
dari kelas 3 sampai kelas 5.
Murid SDIT Thariq Bin Ziyad belajar TIK dengan fun (doc. pribadi) |
Melihat level kelas yang berbeda ini
tentu saja tidak semua murid yang cepat tanggap dalam menyerap pelajaran. Kemampuan
mereka pun sangat bervariasi. Semua itu tergantung seberapa jauh guru
pembimbing TIK mereka memberikan materi.
Beginilah saat murid-murid TBZ PHP belajar TIK (doc. pribadi) |
Dari
informasi yang saya dengar ternyata pelajaran TIK yang mereka dapatkan dari
guru pembimbingnya tidaklah menyeluruh. Mereka hanya diperkenalkan dengan
pengetahuan dasar tentang cara mengoperasikan komputer seperti menghidupkannya,
mengetik dengan keyboard, dan menyimpan
hasil ketikan dari layar komputer ke folder.
Itupun ternyata tidak maskimal. Akses internet yang ada di sekolah tidak
sepenuhnya diperuntukkan bagi mereka yang belajar TIK.
Saat menyusun daftar pertanyaan untuk bahan wawancara
Untuk
memperluas pengetahuan mereka, peran saya sebagai guru ekskul mau tidak mau
menjadi bertambah. Saya tidak hanya mengajarkan materi jurnalistik dan menulis
saja. Dalam setiap pertemuan seminggu sekali yang menggunakan ruang TIK, saya sekaligus
membimbing mereka dalam menggunakan internet secara benar. Mereka saya ajarkan bagaimana
melakukan browsing untuk mendapatkan
referensi tentang materi terkait yang saya tugaskan kepada mereka.
Saya
yang juga aktif di dunia kepenulisan dan kerap bersentuhan dengan dunia maya
seperti blog, facebook, serta twitter, setahap demi setahap membagi
pengetahuan kepada murid-murid saya agar mereka juga akrab dengan semua itu. Apa
yang murid-murid saya dapatkan dari pelajaran TIK pelan-pelan saya lengkapi.
Mengenalkan
Blog untuk Mencatat Ragam Kegiatan Ekskul Jurnalistik dan Menulis
Untuk murid-murid saya angkatan
pertama (tahun pelajaran 2010 – 2011), saya mengajak mereka untuk menyimpan
semua catatan kegiatan jurnalistik mereka di flashdisk. Saya katakan bahwa nanti semua kegiatan mereka di kelas
ekskul akan tercatat di blog. Itulah pertama kali saya mengenalkan blog kepada
murid-murid saya.
Blog tempat catatan kegiatan ekskul jurnalistik (doc.pribadi) |
Kendala
pertama, mereka belum terampil membuat blog.
Sayalah yang membantu membuatkannya. Di blog yang bernama “Warcil SDIT
Thariq Bin Ziyad PHP – Bekasi” itulah catatan-catatan mereka saya simpan. Dan
beberapa dari mereka saya berikan nama serta password agar bisa mengakses blog
tersebut untuk membantu saya meng-update
hasil liputan, wawancara, dan artikel lainnya.
Hasil wawancara disimpan di blog Warcil (dokpri) |
Dari
sanalah mereka belajar membuat blog sendiri. Satu per satu murid saya dari
angkatan pertama akhirnya memiliki blog sendiri. Saya tidak serta-merta melepas
mereka untuk mengisi blog pribadinya. Untuk kontennya saya tetap mengingatkan
agar tetap berhati-hati dan tidak mengisi blog mereka dengan hal-hal yang
melanggar etika di dunia maya.
Hasil wawancara dengan pedagang kelapa muda (dokpri) |
Namun
setelah angkatan pertama blog “Warcil SDIT Thariq Bin Ziyad PHP – Bekasi”
memang jarang di-update lagi.
Lagi-lagi terkendala pada kemampuan angkatan setelahnya yang lebih banyak dari
murid kelas 3 dan 4.
Catatan kegiatan ekskul jurnalistik di blog saya (dokpri) |
Melihat
kondisi ini saya tidak ingin patah semangat. Beberapa kegiatan ekskul
jurnalistik dan menulis kami tetap saya muat di blog pribadi saya. Murid-murid
saya tetap bisa mengakses kisah kegiatan mereka dari blog saya. Selain itu mereka juga bisa melihat cerpen saya yang menang lomba sebagai contoh saat saya minta menulis cerita.
Memanfaatkan
Akun Facebook Sebagai Tempat Diskusi
Di setiap
pertemuan tahun pelajaran baru saya selalu menanyakan apakah murid-murid saya sudah memiliki blog. Selain itu
saya juga menanykan akun facebook
mereka. Tujuannya adalah agar saya lebih mudah memberikan informasi terkait
dengan materi yang sedang dibahas di luar jam sekolah.
Lagi-lagi
tidak semua murid memiliki blog dan akun facebook.
Ketika ditanya alasannya, muncullah beragam jawaban. Ada yang belum diizinkan
untuk membuka akun facebook oleh
orangtuanya. Ada yang belum paham caranya. Untuk semua alasan itu saya
pelan-pelan memberikan pemahaman tentang dampak positif yang akan mereka
dapatkan.
Memberi motivasi di grup FB (dokpri) |
Sebagai
guru pembimbing mereka, saya pelan-pelan mengajak mereka untuk melek teknologi.
Selain mahir menggunakan ponsel untuk bertukar kabar, mereka juga harus mampu
memanfaatkan aplikasi di gadget
mereka untuk mengakses internet.
Grup FB angkatan 2013 - 2015 (dokpri) |
Salah
satunya saya gencar menganjurkan agar murid-murid saya memiliki akun facebook. Alhamdulillah, saat ini sudah hampir
semua murid saya memiliki akun facebook. Malah
salah satu dari mereka mengambil inisiatif untuk menjadi Admin grup di facebook dengan nama grup “Jurnalist
Kids” untuk angkatan 2010 – 2012 dan “Jurnalistik 2013 – 2015” untuk angkatan
saat ini.
Flashdisk dan PowerPoint Mengurangi Penggunaan Kertas
Dalam proses belajar dan mengajar
saya selalu berusaha untuk meminimalisir peenggunaan kertas. Itu sebabnya di
setiap awal tahun pelajaran saya meminta murid-murid saya untuk melengkapi
persyaratan mengikuti eksktrakurikuler jurnalistik dan menulis. Setiap murid
saya wajibkan memiliki flashdisk
sebagai penyimpan beragam materi dan tugas-tugasnya.
Meskipun
ada penggunaan kertas hanyalah pada saat saya ingin me-review hasil praktik lapangan mereka di jam dan hari yang sama.
Untuk tugas yang dibawa pulang, saya tetap meminta murid-murid saya
menyimpannya di flashdisk.
Beginilah cara saya menyampaikan materi (dokpri) |
Dalam
menyampaikan materi pelajaran, saya selalu menggunakan PowerPoint yang ditampilkan di layar menggunakan infocus. Materi akan tersaji dengan rapi
disertai ilustrasi yang lebih efektif dalam memaparkan contoh. Murid-murid saya
selalu semangat jika saya menyampaikan materi dengan tampilan slide yang disertai gambar-gambar.
Mereka jauh lebih cepat mengerti.
Ternyata
memang jauh lebih efisien memaparkan materi seperti itu dibandingkan
menuliskannya di papan tulis. Di samping itu murid-murid saya juga belajar
mengurangi penggunaan kertas sebagai usaha mendukung gerakan go green.
Perlunya
Pengetahuan TIK sejak Usia SD
Informasi di
beragam media yang menyebutkan bahwa pelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) tidak tercantum dalam kurikulum 2013. Saya tidak begitu paham
alasan apa yang menyebabkan pelajaran ini tidak lagi masuk dalam mata pelajaran
wajib. Saya hanya menyayangkan kalau itu benar. Sebab pelajaran tersebut akan
melatih anak-anak untuk mampu memanfaatkan TIK sebagai proses belajar dan
kehidupannya sehari-hari.
Mengingat semakin banyaknya sekolah-sekolah
yang membuka kelas ekstrakurikuler terkait dengan pengetahuan Teknologi
Informasi dan Komunikasi, maka mau tidak mau pelajaran TIK hendaknya juga
diterapkan mulai dari sekolah dasar. Di samping itu sumber daya manusia,
infrastruktur, dan kontennya pun perlu dibekali. Melihat kondisi ini saya
berharap kepada pemerintah untuk meninjau ulang keputusannya serta memikirkan
solusi terbaik demi kemajuan anak bangsa.
Akhirnya, sebagai guru
ekstrakurikuler jurnalistik dan menulis tingkat sekolah dasar, saya merasa perlu
untuk terus-menerus meningkatkan kemampuan dan pengetahuan yang terkait dengan TIK. Apalagi materi yang saya ajarkan tak bisa
lepas dari sentuhan TIK. Pengetahuan itu akan saya tularkan kepada murid-murid
saya di sela-sela pemaparan materi tentang ekskul jurnalistik dan menulis. Saya
berharap mereka semakin terampil menggunakan komputer, tablet, ponsel serta
mengakses internet dengan tetap berpedoman pada etika dan batasan sebagai
pengguna yang masih di bawah umur. [Wylvera W.]
Anak2 memang akan lebih mudah paham dg pemberian slide bergambar yaaa
BalasHapusIya, Mbak.
HapusDan saya pun sebagai gurunya lebih mudah memberikan penjelasan dari contoh-contoh gambar itu. Makasih sudah berkunjung dan memberikan komentarnya ya. :)
Kalau TIK digunakan dengan baik memang banyak memberikan kemudahan bagi kita ya Bun. Guru mudah menyampaikan materi anakpun senang bahkan betah di kelas.
BalasHapusSukses untuk lombanya Bun.
Iya benar, Mbak Ika.
HapusItu sebabnya tenaga pengajar perlu terus-menerus meningkatkan kemampuannya dalam mentransfer pengetahuan di bidang TIK kepada murid-muridnya supaya lebih nyambung. Makasih untuk komentarnya ya. :)
Anak sekarang memang lebih adaptif ketimbang orang dewasa. Jangan sampai kecolongan gara-gara orang tua gaptek teknologi. Heee.
BalasHapusSalam edukasi.
Betul, Mas. Orangtua dan guru harus lebih giat lagi belajar dan memahami teknologi ya. Biar nyambung dan bisa jadi teman diskusi mereka. Makasih sudah mampir dan memberi komentar.
HapusTIK untuk reportase seperti ini biasanya untuk kelas 4 ke atas atau beda2 tiap sekolah ya kak wyk? naksir nih ama sekolahnya...keren deh..hehehe
BalasHapusmakasih sharingnya ya kak wyk.. semoga menang ya....:D
Oh, untuk materi reportase ini aku yang ngasi Dian. Itu bagian dari materi ekskul jurnalistik.
HapusBtw, kami sesekali memakai ruang TIK untuk ekskul jurnalistik dan menulis ini, karena di kelas hanya ada infocus dan layarnya saja.
Nah, untuk pelajaran TIKnya sendiri iya, mulai kelas 4 ke atas yang bisa ikutan.
Iya, Dian sama-sama, Dian. Aamiin. :)
Oh iya, nggak tau ya untuk sekolah lain. Mungkin beda-beda setiap sekolah. :)
HapusWaaah aku pengin mak Wiwik ngajar di sekolah anak2ku.
BalasHapusHahahaha, mau sih, tapi gimana terbang ke sananya ya, Mak Lusi? *ngitungduitdidompet* ^_^
HapusSalam silaturahmi ...
BalasHapusDengan bantuan media, siswa memang jadi lebih senang ketika belajar, ya, mak.
Salam silaturahmi kembali.
HapusBetul banget, Mak Ani Rostiani. :)
Eh mak..ikutin skalian ke lomba guru menulis di kompasiana mak..kerjasama sm tanoto fondation. Keren nih ceritanya! Kyknya bentar lg hari guru y?*kudet
BalasHapusOh ada juga ya, Mak.
HapusNtar dilihat dulu ya. Btw, makasih sudah mampir di sini. :)
Keren Kak, inspirasi pakai full (y)
BalasHapusAlhamdulillah, makasih Mas Sinyo. Semoga semakin banyak yang memahami pentingnya TIK dikenalkan kepada anak-anak secara positif ya. Btw, makasih sudah mampir. :)
HapusMbak, bermanfaat banget nih. Makasih sudah berbagi. :)
BalasHapusAlhamdulillah, kalau memberi manfaat. Monggo diterapkan di sekolahnya Mbak. Insya Allah anak-anak semakin semangat. Btw, muridku ada yg sampai 2 tahun berturut-turut betah di kelas ekskul jurnalistik dan menulis. :)
BalasHapuswah...bagus nih ada TIK untuk sekolah dasar. anak-anak memang harus sejak awal diberikan ruang untuk berekspresi. dan mba adalah satu dari sedikit guru yang mendedikasikan pengetahuan,pengalaman dan waktunya untuk perkembangan anak-anak. salut sama mba'. saya jadi ingat dulu kita demikian senangnya di pelajaran bahasa Indonesia, mengarang. lalu ada fase menulis diary dan belajar bikin cerpen di jaman yang semangatnya lebih tinggi daripada ketersediaan fasilitan penunjang. sekarang anak-anak lebih mudah mengeksplor dengan dukungan perangkat canggih dan teknologi internet. saya berharap di sekolah anak saya ada guru yang juga seperti mba'.
BalasHapusWah, tersanjung ini saya. Makasih Mbak Novie. :)
HapusDi sekolah Kayla yang sekarang, TIK masih ada, tapi jadi ekstrakurikuler sih, lebih canggih karena anak-anak wajib bawa laptop saat diajarin :D
BalasHapusSalut untukmu, Wik, yang tak pernah berhenti berbagi meski kadang menyita waktumu untuk menulis buku sendiri. Goodluck ya cyn :*
Aamiin.
HapusAnak-anak sepertinya sdh menjadi duniaku, In. Apa aja rasanya mau dishare asal mereka enjoy. Apalagi ilmu dan pengalaman. Makasih ya. ;)
Yaaay, akhirnya berhasil komen, setelah berhari-hari ditendang, dianggap spam :(
BalasHapusLha, kok bisa gitu. Aduuuh, maaf ya. :)
HapusSetujuu ... mengajarkan anak ttg TiK sejak dini dampaknya memang cukup positif. Selama diarahkan untuk hal positif, banyak hal yg bisa dipelajari oleh anak-anak, kok. :)
BalasHapusMakasih, Kang Iwok.
HapusIya, kalau dihambat justru mereka akan cari tau dengan caranya yang bisa saja salah. :)
Lagi pun udah eranya. Mesrinya sejak dini memang dikenal teknologi biar ga silap. -benny
BalasHapusBetul, anak-anak ini harus difasilitasi supaya nggak ketinggalan tapi tetap dibimbing dalam penggunaannya. :)
HapusSenang liat para blogger cilik ini, semoga konten blog mereka bisa tetap terjaga ya mbak.
BalasHapusIya.
HapusMakasih sudah mampir. :)
sepertinya semua sudah terbiasa menggunakan komputer ya :) itu kemajuan yang baik :)
BalasHapusBelum semuanya. Masih harus didampingi. :)
Hapus