Pagi itu tiba-tiba hape saya berdering. Perempuan yang
memperkenalkan diri dengan nama Esthie Engela, Sr. Account Executive dari Majalah Kartini menghubungi saya. Katanya nama saya
direkomendasikan oleh Mbak Ria dari Majalah Annisa.
Kebetulan
beberapa waktu lalu saya memang pernah diminta oleh Majalah Annisa untuk
mengisi event office to office mereka
di kantor Bank Syariah Mandiri Jakarta. Sama seperti momen waktu itu, Mbak Esthie
pun menanyakan kesediaan saya mengisi acara serupa untuk Majalah Kartini. Saya
diminta menjadi pembicara untuk Ibu-ibu PIA Ardhya Garini Mabes TNI AU di
Cilangkap, Jakarta Timur.
Setelah menanyakan beberapa hal terkait dengan event itu, saya pun menyetujui
permintaannya. Maka diberikanlah hari dan tanggal acara kepada saya. Saya
diminta mengajukan tema yang akan disampaikan. Dari dua tema yang saya berikan
akhirnya client mereka (Ketua PIA
Ardhya Garini Mabes AU) menyetujui satu tema yang berjudul, “Menulis Mendekatkan Ibu dengan Anak dan
Buku”.
Saya
pun kembali menyiapkan materi dalam format PowerPoint.
Sekitar enam belas slide saya siapkan
untuk dipaparkan. Tak banyak uraian di PowerPoint
itu. Saya memilih menyajikan lebih banyak ilustrasi. Penjelasan dari
ilustrasi itulah nanti yang akan saya jadikan bahan untuk mengisi materi semi
parenting untuk ibu-ibu istri TNI AU.
Tibalah hari Senin, 27 Oktober 2014. Bersama seorang
teman, pagi-pagi sekali kami sudah siap berangkat menuju Mabes AU, Cilangkap
Jakarta Timur. Alhamdulillah, jalanan tidak terlalu padat sehingga kami bisa
tiba setengah jam sebelum waktu yang dijanjikan.
Setelah memarkirkan mobil, kami pun diminta untuk
menunggu di ruang VIP. Ketika memasuki aula Mabes AU tersebut, sempat terbesit
rasa takjub di hati saya. Awalnya saya mengira ini event kecil. Ternyata ibu-ibu yang hadir lebih dari 100 orang. Wow!
Nuansa biru memenuhi aula berkapasitas ratusan orang itu. Saya akui, saya sempat terpana dan sedikit nervous. Namun setelah setengah jam menunggu dan berbincang dengan panitia di ruang VIP sedikit demi
sedikit melenyapkan rasa gugup saya.
Saat menunggu, Ibu Vera selaku ketua, menghampiri dan
memastikan judul tema yang akan saya sampaikan. Kami pun berkenalan. Tepat
pukul 09.00 WIB saya diminta menuju kursi terdepan untuk mengikuti
serangakaian acara pembuka. Saya sudah terbiasa
dengan protokoler semacam itu. Saya tetap khidmat mengikutinya.
Saya, Bu Atik, Bapak Sitompul dan Istri (doc. pribadi) |
Acara diawali
dengan pembukaan oleh MC khusus dari ibu-ibu Mabes AU. Sambutan dari Ketua PIA Ardhya Garini. Sambutan Ibu Atik dari Majalah Kartini, hingga
akhirnya dilengkapi dengan pembacaan doa agar acara berlangsung lancar. Semua
berjalan sangat tertib layaknya acara resmi. Begitulah, saya tetap santai mengikuti prosedurnya.
Acara resmi pun selesai. MC yang diundang khusus untuk acara inti,
membuka sesi berikutnya. Tibalah giliran saya naik ke atas pentas yang ditata sedemikian elegan. MC yang
lumayan kocak itu membacakan profil saya dan menjelaskan sekilas tentang materi
yang akan saya sampaikan.
Sambil lihat contekan supaya tak salah sebut nama (doc. pribadi) |
“Untuk
apa sih sebenarnya menulis itu buat Ibu-ibu?” begitu MC mengantar materi saya.
“Untuk
menuangkan isi hati sebagai catatan pribadi,” jawab ibu yang pertama.
“Menulis
adalah sarana untuk merangkai ide yang bermunculan di kepala kita,” lanjut ibu
berikutnya.
“Mencatat
lirik lagu, karena kebetulan saya seorang penyanyi,” kata ibu yang ketiga.
Ketiga
jawaban itu akhirnya diserahkan kepada saya untuk memilih jawaban yang paling
tepat. Saya menjawab bahwa ketiga jawaban itu semuanya benar. Akhirnya ketiga
ibu yang menjawab mendapat hadiah voucher
belanja.
Selebihnya,
MC memberikan waktu sepenuhnya kepada saya untuk memaparkan slide demi silde yang sudah saya siapkan. Saya minta izin untuk berdiri. Saya
katakan kalau saya lebih nyaman jika menyampaikan materi dalam keadaan berdiri.
Tujuannya agar saya bisa melihat wajah ibu-ibu satu per satu. Mereka pun
tertawa mendengar alasan saya.
(doc. pribadi) |
Slide pertama saya buka.
Lalu berlanjut dengan slide
berikutnya yang menampilkan ilustrasi serta pertanyaan, “Mengapa Ibu Harus
Menulis?” Saya pun mulai menjelaskan beberapa alasan yang membuat seorang ibu
perlu menulis. Beberapa diantaranya adalah untuk menghilangkan stress, mengisi
waktu luang, meningkatkan daya ingat. Satu per satu alasan itu saya jelaskan
melalui ragam contoh yang dekat dengan keseharian para ibu. Di
penjelasan-penjelasan itulah akhirnya suasana khusyuk dalam menyimak materi
saya akhirnya mencair. Tawa renyah ibu-ibu mendengar contoh-contoh beraroma
humor dari saya membuat kebersamaan kami semakin hangat.
Slide pertama (doc. pribadi) |
“Coba
Ibu bandingkan, mana yang lebih hebat sensasinya jika Ibu menuliskan ungkapan
cinta kepada suami dibanding mengucapkannya,” ujar saya memberi satu contoh
yang disambut gelak tawa.
Satu
contoh lagi saya berikan. “Coba kembali Ibu bandingkan. Ketika Ibu kesulitan
berkomunikasi lewat lisan dengan anak Ibu, lalu Ibu menggantinya dengan
menuliskan beberapa kalimat untuk mewakili perasaan Ibu kepada buah hati. Dan anak Ibu membacanya. Apa yang akan terjadi?”
Begitulah
contoh demi contoh yang mampu menjawab pertanyaan “Mengapa Ibu perlu menulis”
saya paparkan. Hingga akhirnya sampai pada materi bagaimana kegiatan menulis
itu bisa mendekatkan Ibu dengan anak dan buku. Saya perhatikan ibu-ibu istri
TNI AU sangat antusias dengan materi yang saya sajikan dari awal hingga akhir.
Sesi tanya jawab |
Hadiah bagi penanya terbaik (doc. pribadi) |
Sampai
pada sesi tanya jawab yang disediakan, begitu ramai yang ingin mengajukan
pertanyaan. Mulai dari bagaimana caranya memulai menulis, hingga pertanyaan
tentang upaya apa yang harus dilakukan supaya ibu dan anak sama-sama bisa
mencintai kegiatan membaca dan menulis. Semua saya jawab dengan detail.
Alhamdulillah, mereka puas. Malah ada yang meminta saya agar mau kembali memberikan pelatihan khusus menulis untuk mereka. Wow! Senang banget dong mendengarnya. Saya tunggu
undangan itu!
Akhirnya
sesi saya yang diberi durasi selama satu jam lebih itu berakhir dengan
pemberian hadiah untuk tiga pertanyaan terbaik. Setelah sesi saya, acara masih
berlanjut dengan tutorial hijab dari Zoya.
Acara
yang dihadiri oleh Ketua PIA Ardhya Garini Gabungan I Mabes AU, Ibu Vera JFP
Sitompul, Ibu-ibu Ketua PIA Arhdya Garini Cabang, Ranting Berdiri Sendiri, dan
Ranting di jajaran Gabungan I Mabes AU itu ditutup dengan pemilihan busana
terindah dan foto bersama.
Foto bersama dengan pose bebas :) (doc. pribadi) |
Saya
dan teman seperjalanan pun pulang dengan hati puas. Semoga apa yang saya
sampaikan memberikan pencerahan. Terima kasih kepada Majalah Kartini yang telah
memberi kepercayaan kepada saya untuk mengisi acara pertemuan besar itu. Semoga
tidak mengecewakan dan kembali diundang oleh Ibu Ketua PIA Ardhya Garini Mabes
AU. Semoga! [Wylvera W.]
mbak wiwiek keren ih
BalasHapusMakasih, Mbak Lidya. Masih terus belajar. :)
HapusWah mulai banyak undangan nih. Lancar terus yah go public nya :)
BalasHapusAlhamdulillah, rezeki memang tak terduga, Mbak. Makasih sdh mampir ya. :)
Hapuswah sepertinya seru sekali ya :)
BalasHapus