Sudahkah membeli buku keren ini? ^_^ (dokpri) |
Tawaran menulis duet
dari Mas Noor H. Dee (editor Nourabooks) tidak langsung membuat saya gembira.
Pasalnya, teman yang mau diajak menulis duet belum tentu bersedia. Namun, agar
tidak kehilangan kesempatan, saya tetap menyatakan “iya” waktu itu.
Khalid memang pernah
menjadi bagian dari komunitas Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK). Bahkan beberapa
buku karyanya sudah terbit dan mejeng di toko buku. Namun setelah SMP, semangat
menulisnya mulai menurun dan beralih ke hobi lain, seperti bermusik, games online, dan merakit gundam plastik
menjadi robot-robot kecil. Kalaupun ingin menulis, itu karena di-request. Seperti untuk majalah internal
yang saya gawangi di kantor suami.
Setelah menyetujui
permintaan Mas Noor H. Dee, saya pun memutar akal untuk membujuk Khalid.
Awalnya dia menolak dan sedikit komplen. “Ibu sih, nggak nanya dulu baru bilang
iya ke editornya,” protesnya. Sambil harap-harap cemas, saya langsung
menawarkan kalau cerita yang akan kami tulis nggak jauh-jauh dari hobinya.
Betul saja, matanya langsung berbinar. “Memang mau nulis apaan?” tanyanya mulai
terpancing usulan saya. “Kita menulis tentang gundam. Nulisnya bergantian. Bab
pertama versi Ibu, bab kedua versi Khalid. Begitu seterusnya,” ujar saya
kembali membuatnya bingung.
Akhirnya saya
menjelaskan kalau idenya adalah tentang kegalauan Ibu. “Haaah?! Berarti kita
mau cerita ke orang-orang kalau aku sama Ibu suka debat soal gundam, gitu?”
kembali Khalid ragu. Saya jelaskan kalau perbedaan pandangan itulah yang
menjadi nyawa ceritanya. Saya yakinkan kalau dia tidak perlu khawatir karena
justru perselisihan, perbedaan pendapat dan persepsi, serta proses menyesuaikan
konsep berpikir Ibu dan anak akan menjadi warna cantik yang bakal mengisi
ceritanya. Alhamdulillah, Khalid paham dan menyetujui.
Sebelumnya, saya
ingin menjelaskan bahwa gunpla adalah singkatan dari kata gundam plastik. Gundam
adalah robot berupa mesin perang yang dikemudikan oleh seorang pilot. Nama
gundam sendiri mulai dikenal melalui serial televisi terpopuler di Jepang. Sementara
gunpla adalah rakitan dari runner atau
rangka awal sebelum bagian-bagian gundam plastiknya dicopot. Nah, inilah yang
hampir setiap hari menemani Khalid di sela jadwal sekolahnya yang padat. Hobi
ini pula yang kerap memicu amarah saya.
Kegemaran dan
kecintaan Khalid pada gundam beberapa kali memicu pertengakaran di antara kami.
Khalid jadi seolah-olah mengisolasi dirinya di kamar demi gundam-gundamnya.
Bahkan semangat belajarnya pun perlahan menurun gara-gara tersedot oleh pesona
gundam itu. Kondisi inilah yang memicu saya untuk menuangkannya dalam cerita.
Kami akan berbagi sudut pandang untuk menyikapi perbedaan ini dalam buku yang
akan kami garap bersama.
Proses menulis yang tak jarang memancing
debat
Saya mengawalinya
dengan plot. Sebelum memulai menulis, saya tunjukkan terlebih dahulu ke Khalid
plot yang sudah saya rancang. Betul saja. Selalu ada protes darinya.
“Ibu jangan
asal-asalan dong menerangkan tentang apa itu gunpla dan gundam. Trus, versi
akunya jangan seperti itu,” katanya memberi koreksi dan membantu meluruskan
plot.
Begitulah, akhirnya
kami pun mulai menulis. Karena sudah pernah menulis beberapa cerita menjadi
buku, Khalid lebih mudah memahami arahan saya. Saya mengambil bagian sudut
pandang Ibu dan Khalid mengambil sudut pandangnya yang berperan sebagai Ciko di
cerita ini.
Jangan dikira dalam proses mengeksekusi 8 bab
untuk target 60 halaman itu mulus dan lancar. Hingga akhir pun masih terjadi
perdebatan. Ketika saya bingung mau melanjutkan dari bab yang sudah dikerjakan
Khalid, anaknya malah santai-santai saja dan bilang, “Yang penting aku sudah
bikin begitu. Ibu kreatif dong melanjutkannya.” Wuahahaha ... alih-alih gondok
dan kesal, yang ada saya malah bawa ketawa.
Seru! Itu kesimpulan
yang bisa saya ambil. Menulis duet dengan anak sendiri yang karakternya cuek
itu memang sesuatu banget. Tapi ketika melihat hasil akhirnya, semua perdebatan
yang sempat terjadi selama proses menyelesaikan cerita “Gundam Attack!” seolah
menguap begitu saja. Saya juga melihat tatapan puas dan senang di mata Khalid
ketika bukti terbit dari buku duet kami tiba di rumah.
Nah, bagaimana dengan Bapak dan Ibu? Enggak
kepengin nulis duet juga dengan putra-putrinya? Eiiits, jangan bingung. Kalau
mau referensi dan format ceritanya, silakan beli dulu buku duet “Gundam Attack!”
kami ya. Penerbit Nourabooks masih menunggu kiriman naskah lainnya kok. Ayo,
jangan sampai ketinggalan kesempatan ya. ^_^
[Wylvera W.]
Kepingin baca bukunyaaa :D
BalasHapusAyo, Mas. Seru lho. :)
HapusWaaaah serunya bs duet ma si kecil.. kbr2 y mb kl dah terbit :-)
BalasHapusBukunya sdh terbit lho, Mbak :)
Hapusastaga, kece bgt emak-anak bisa duet buku..
BalasHapusnanti akuh juga pengen duet sama suami akuh.. *nyari suami dulu* hehehe..
sukses, Mba..
salam #bloggerFLP :)
Hahaha... makasih ya Mbak Lina. Samam #bloggerFLP juga
HapusHahaha. Seru sekali proses kreatifnya. Jadi pengen baca novelnya, mbak. Insya Allah segera dicari
BalasHapusMakasih, Mas :)
HapusHahaha. Seru sekali proses kreatifnya. Jadi pengen baca novelnya, mbak. Insya Allah segera dicari
BalasHapusHehehe, jadi inget serial kartun tentang Gundam. Dulu rame banget, sekarang pun kayaknya masih banyak anak2 cowok yang suka. :D Semoga bukunya laris, mba.
BalasHapusAamiin... makasih ya. :)
Hapuswah keren dari hobi Khalid yang ganteng itu melahirkan buku duet. Aku harus baca bukunya.
BalasHapusIya, tanda tangan menyusul ya. Wkwkwk....
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusThank you for visiting my blog. :)
BalasHapus