Belahan jiwa |
Kasih ibu,
kepada beta
tak terhingga sepanjang masa
kepada beta
tak terhingga sepanjang masa
Hanya
memberi,
tak harap kembali,
Bagai sang surya, menyinari dunia.
tak harap kembali,
Bagai sang surya, menyinari dunia.
Lirik lagu di atas memberi gambaran kepada
kita bahwa kasih seorang ibu tidaklah berbatas. Ini terbukti dari proses
panjang yang dimulai sejak ibu mengandung selama sembilan bulan, saat melahirkan
hingga ibu mempertaruhkan nyawanya demi memperjuangkan buah hatinya lahir dan
bisa memandang isi dunia. Tidak berhenti sampai di situ, ibu juga masih harus
menyusui, menyuapi, mengasuh dan mendampingi pertumbuhan anaknya. Ibu mampu memberikan seluruh waktunya dalam
sehari untuk anaknya, seperti tak mengenal kata lelah sepanjang siang hingga
malam. Tak pernah sekalipun dia menganggap itu sebagai beban.
Lalu, pernahkah kita begitu sangat
berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil
yang diberikannya? Sementara kita lalai melakukan hal yang sama kepada orang
yang sangat dekat dengan kita, yaitu ibu. Seolah-olah kita menganggap bahwa
pengorbanan dan kasih sayangnya merupakan sebuah proses alami yang tak perlu
diberikan rasa terima kasih berulang-ulang. Padahal perhatian dan kepedulian
yang diberikannya adalah bentuk kasih sayang yang tak ternilai harganya dan itu
diberikan secara terus-menerus tanpa batas.
Ibu menjalankan semua rutinitasnya tanpa pamrih.
Bahkan dia rela mengorbankan segalanya demi kebahagiaan buah hatinya, sehingga
ungkapan “surga di bawah telapak kaki ibu” menjadikan salah satu keistimewaannya
di sisi Allah. Maknanya, bahwa Allah memberikan ridha kepada kita dengan
memuliakannya. Ridho Allah itu pulalah yang menghantarkan kita menuju
kesuksesan dalam menjalani hidup di dunia dan akhirat.
Menjadi ibu adalah salah satu peran wanita secara
kodrati. Bahkan, tidak ada pekerjaan yang lebih mulia di muka bumi ini daripada
menjadi seorang ibu yang melahirkan, memelihara, menumbuhkan serta membesarkan
sebuah keluarga dengan baik. Meskipun peran mendidik anak tidaklah semata-mata
diberikan kepada ibu karena ada peran ayah juga di sana, namun ibulah yang
memiliki porsi lebih besar dalam menentukan baik buruknya seorang anak. Ibulah
yang kelak menjadi pencetak generasi penerus yang unggul.
Cinta Ibu sepanjang masa |
Ibu juga mampu menjadi aktor yang tangguh. Dia dapat
memerankan karakter apa saja. Ketika kita perlu bimbingannya, ibu berperan
sebagai guru. Ibu bisa berperan sebagai psikolog saat kita butuh tempat untuk
berbagi masalah dan mencarikan solusinya. Ketika kita butuh dekapan untuk
menghentikan derai air mata, ibu akan siap memerankan dirinya sebagai malaikat
pelindung yang akan menghapus air mata kita serta membelai kita dengan
tangannya yang lembut. Saat ekonomi keluarga butuh pengelolaan yang baik, ibu
mampu berperan sebagai akuntan ahli. Bukan hanya itu, ibu juga bisa berperan
sebagai juru masak handal yang menyajikan hidangan penuh cinta dan kasih
sayang.
Ketika kita berbicara tentang pendidikan dasar, maka
tak bisa dipungkiri bahwa semua itu berawal dari rumah, khususnya ibu sebagai
pemberi pendidikan awal. Pendidikan dasar berupa proses sosialisai dalam
keluarga, terutama dengan ibunya. Maka kedekatan sosok ibu dan anak mulai bayi
hingga dewasa sangatlah berpengaruh pada prilaku anak. Sejak dini seorang ibu
mengajarkan nilai-nilai kehidupan dan
sosial agar anak mampu melihat, mengamati serta beradaptasi dengan sekitarnya.
Di Indonesia sendiri, pemerintah sejak lama menetapkan
tanggal istimewa untuk para ibu yang jatuh pada 22 Desember. Lalu, apa yang
perlu kita maknai dengan penetapan tanggal dan bulan itu? Apakah hanya sekadar
memperingatinya sebagai “Hari Ibu” saja? Tentu tidak. Untuk hari istimewa itu,
sejatinya kita mampu memaknai peran dan arti cinta kasih seorang ibu yang
tulus, tanpa pamrih. Mengingat dan menghargai bahwa peran dan posisi ibu
memiliki arti penting dalam mempersiapkan masa depan bangsa.
Setelah mengurai begitu banyaknya peran yang luar
biasa dari sosok seorang ibu ini, kita semakin sadar bahwa semua itu dia
lakukan atas dasar cinta dan kasih yang tak berbatas. Kasihnya yang tanpa batas
itu pula membuatnya menjadi sosok yang wajib untuk dihormati dan dijunjung
tinggi. [Wylvera W.]
Note: Postingan kedua (FB)
Kalau baca postingan seperti ini selalu ingat almarhumah Mama, senangnya yang masih punya Ibu, apalagi pas bulan Ramadan gini :)
BalasHapusDuh, maaf kalau jadi kangen sama Mama ya, In. Kirim doa buat Almarhumah.
Hapussaya kenapa ya mak, suka malu kalo pas mudik, belum bisa balas kebaikan ibu :(
BalasHapusSelagi ada rasa belum bisa membahagiakan Ibu, itu artinya kita masih memiliki rasa cinta dan terus berusaha memenuhinya, Mbak. Rasa puas malah akan membuat kita "sok" yakin kalau kita sudah cukup membalas kebaikan Ibu kita.
HapusAku tidak terlalu dekat dengan ibu, lebih dekat ke ayah, tapi anak-anakku sangat dekat dengan aku, alhamdulillah. Semoga bisa menjadi role model mereka dan aku sempat membahagiakan ibuku. aamiin...
BalasHapusMasa-masa SD aku suka berpindah-pindah menginap, antara rumah ortuku dan Kakek/Nenekku. Malah sejak kelas 1 SMP sampai kls 2 SMA, aku benar-benar tinggal di rumah Kakek dan Nenek. Tapi, justru setelah kuliah aku mulai merasa dekat dengan Mama. Terlebih setelah menikah. Mamalah tempat curhat yang paling membuatku nyaman setelah Allah Swt. tentunya. Mungkin ini yang membuatku selalu ingin dekat dengan anak-anakku, supaya mereka tidak kehilangan momen itu.
Hapusseorang ibu bisa punya oeran ganda ya
BalasHapusIya, itulah hebatnya. :)
Hapussetuju, Mak. Semoga anak-anak pun mengerti kalau kasing syaang ibu itu tanpa batas, ya :)
BalasHapusIya, Insya Allah, Mak. :)
HapusIbu..
BalasHapusMemang tak tergantikan..
Ayah ora ono apa2ne yo, hehehe..
Ayah juga tak tergantikan kok. :)
Hapus