Koper-koper kami siap mudik ^_^ (dokpri) |
Mudik
jelang lebaran menjadi momen yang ditunggu-tunggu dan menjadi tradisi sebagian
besar masyarakat Indonesia. Tradisi itu pula yang membuat kita cenderung
bela-belain membeli tiket (bus, kereta, dan pesawat) walaupun tarifnya
tiba-tiba melonjak. Hanya satu alasan yang membuatnya seolah menjadi murah,
yaitu demi memenuhi kerinduan untuk bertemu dan bersilaturahmi dengan sanak
keluarga.
Keluarga saya
pun tidak bisa lepas dari tradisi mudik (baca: pulang kampung) ini. Sebagai
pasangan suami istri yang hidup di perantauan, kami juga selalu rindu untuk
kembali ke kampung halaman tercinta. Sejak menikah dan hijrah dari Medan ke
Jakarta tahun 1997, mudik pun menjadi bagian tradisi keluarga kecil kami. Untuk
itu, kami memilih momen lebaran sebagai saat yang paling tepat.
Membahas
masalah tradisi mudik di saat lebaran, tentunya harus memiliki perencanaan yang
matang. Perencanaan itu disusun agar agenda mudik keluarga tidak kacau. Hal
pertama yang wajib direncanakan adalah anggaran. Mulai dari dana transportasi,
angpao buat sanak keluarga, hingga biaya hidup selama berada di kampung
halaman.
Menyisihkan uang di saat awal gajian
Menunggu menabung
dari sisa uang gaji tentu bukan pilihan yang pas buat saya dan keluarga.
Beragam pengeluaran yang sudah ada pos-posnya serta anggaran tak terduga, bisa
saja tak menyisakan uang gaji tersebut. Jadi mau tidak mau, kami harus memisahkannya
pada awal menerima gaji.
Melihat tarif
transportasi
Bekasi – Medan buat kami lebih
nyaman ditempuh lewat jalur udara. Untuk itu, mengecek tarif penerbangan di
tanggal-tanggal jelang lebaran harus kami lakukan. Biasanya suami saya selalu
memesan tiket jauh-jauh hari. Bahkan bisa beberapa bulan sebelum Ramadan.
Katanya, lebih leluasa membanding-bandingkan harga dan menentukan pilihan.
Syukur-syukur dapat harga yang lebih murah.
Berapa lama di kampung
halaman dan biayanya
Dalam menyusun anggaran, kami juga selalu
melihat jadwal liburan sekolah anak-anak. Dari sanalah kami bisa menetapkan
lamanya waktu mudik. Setelah menetapkan berapa lama di kampung halaman, kami
pun menyusun biaya hidup selama di sana.
Oleh-oleh
Setiap balik dari kampung halaman
pasti selalu saja ada yang ingin dibawa. Terutama makanan khasnya. Begitu juga
saat menuju kampung halaman. Ada saja yang ingin kami bawa sebagai buah tangan
untuk keluarga di sana. Maka, kami juga harus menyisihkan anggaran untuk
oleh-oleh ini.
Menyisakan anggaran tak
terduga
Selain menyiapkan semua dana yang
sudah terencana, kami juga selalu menyediakan anggaran tak terduga. Ini sakadar
untuk berjaga-jaga saja supaya tidak terlalu ngepas.
Beginilah cara saya dan suami
menyusun anggaran mudik kami. Alhamdulillah, sampai saat ini, kami selalu
merasa nyaman karena semua sudah dirancang sejak awal. Pulang kampung pun
menjadi sangat menyenangkan. [Wylvera W.]
Note: Postingan keenam (FB)
Kalau buat mudik ke luar pulau Jawa. Kayaknya kudu nabung atau investasi jauh-jauh hari ni. Kaget lihat tiket Jakarta-Palembang hari ini yang harganya 2-3 juta untuk satu orang
BalasHapusBetul, Mas Koko. Samalah dengn Jakarta - Medan. Harus jauh-jauh hari pesannya.
HapusBermanfaat sekaleee ...
BalasHapusselamat mudik ... jadi kangen Medan juga neh
Makasih sudah mampir ya, Kang. Nah, kapan mau ke Medan lagi? :)
Hapus