Pengin nyemplung liat air ini (dokpri) |
Rencana piknik ke Ancol sebenarnya
tercetus begitu saja. Tidak terlalu serius. Obrolan buat piknik dan jalan-jalan
itu mengalir di sela-sela gurauan. Kemacetan di tengah perjalanan menuju pulang
dari kegiatan rutin kami di Lapas Anak yang namanya kini berubah menjadi
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA), memunculkan ide untuk refreshing.
“Yang dekat-dekat
aja,” usul salah satu dari kami.
Keesokan
harinya, diskusi pun berlanjut. Setiap kali kami membahas tentang program kerja
Gerakan Peduli Remaja berikutnya, ujung-ujungnya berakhir pada pembahasan
piknik. Akhirnya Pantai Ancol mendapatkan suara terbanyak saat penentuan
destinasi di grup whatsapp.
Kami memutuskan untuk meliburkan
jadwal rutin ke LPKA di hari Selasa, 1 September 2015 lalu. Alasannya pun
tepat. Seminggu sebelumnya, kami telah sukses menggelar acara bersama Dik Doank
dan kawan-kawannya untuk anak-anak LPKA. Wajarlah, kalau kami butuh rehat demi
mengumpulkan amunisi baru lagi untuk menjalankan program GPR berikutnya.
Sesuai dengan kesepakatan, kami pun memutuskan
untuk berkumpul di Pondok Kelapa (rumah Bunda Suci, Ketua GPR). Setelah semua hadir, sekitar jam delapan pagi dengan
mengendarai mobil saya, kami siap menuju Ancol. Untunglah tol tidak terlalu
padat sehingga kami tiba di lokasi sesuai dengan target.
Tiket sudah dibeli di pintu masuk. Tujuan
kami bukanlah Dufan atau objek wisata lainnya yang ada di kawasan Ancol. Kami
hanya ingin sekadar menikmati pantainya saja. Suci memutuskan untuk mencari
lokasi yang teduh untuk menggelar tikar. Saya diarahkan menuju Beach City Mal. Saya
belum pernah ke sana. Suci bilang, di sana pantainya jauh lebih bersih dan
pasirnya putih. Ada juga tempat yang bisa dipakai untuk duduk-duduk santai.
Tibalah kami di tempat parkir di
luar mal. Setelah menurunkan semua bekal makanan, dengan percaya diri kami
menuju jalan masuk menuju area pantai di sisi mal tersebut. Begitu ingin masuk,
kami dicegat oleh Pak Satpam. Kami tidak diizinkan masuk dengan membawa
makanan.
Saya
nyaris tertawa ngakak. Bayangkan saja. Kami yang sudah menenteng-nenteng
makanan,
dengan tidak mengurangi
rasa hormat, Pak Satpam meminta kami
meninggalkannya di mobil. Oh, no!
Trus untuk apa makanan itu dibawa? Dari pada bersikeras, akhirnya kami menerima
peraturan itu dan kembali ke mobil lalu mencari lokasi lain.
Tongsis beraksi :p |
Airnya bening dan menggoda bangeeet ^_^ |
Alhamdulillah,
kami mendapat tempat yang strategis, dekat dengan toilet, bersih, dan
pantainya juga lumayan bersih. Tikar yang saya bawa dari rumah pun
dibentangkan. Sebelum menikmati air laut di tepi pantai, kami pun menyantap
makanan yang dibawa.
Makan siang empit-empitan tapi enyaaak ^_^ |
Walau tikarnya tidak terlalu lebar dan kami harus duduk bersempit-sempit
menikmati nasi kuning lengkap dengan ayam goreng dan kering tempenya, tetap
saja nikmat dan nyaman. Ketan serundeng yang saya bawa pun nyaris habis. Kebersamaanlah yang membuat hati kami lapang
dan bahagia.
Naik
kapal besar nggak punya uang, naik kapal kecil ya goyang-goyang
Sejak masuk ke erea parkir kedua,
sebenarnya kami sudah ditawari untuk berperahu ke Sungai Musi sekitar
area yang tidak jauh dari pantai. Waktunya hanya 30 menit. Tukang perahu
menawarkan harga 200 ribu untuk kami berdelapan. Teman-teman menawar
setengahnya. Akhirnya tawar-menawar berakhir pada harga 160 ribu alias dihitung
20 ribu per orang.
Setelah selesai makan dan sholat
Zuhur, kami tidak langsung naik perahu. Ragam alat olahraga yang disediakan di
dekat mushola menarik perhatian teman-teman GPR. Tidak terkecuali saya.
Benar-benar seperti kembali ke masa kecil. Beberapa alat yang ada kami coba dan
terjadilah kelucuan yang menyenangkan.
Lihatlah wajah-wajah ceria kami |
Tongsisnya kereeen! #Eh |
Selepas itu, tukang perahu kembali
mengingatkan untuk segera naik. Kami pun bergegas menuju dermaga kecil, tempat
perahu ditambatkan. Perjalanan menuju laut Ancol pun dimulai. Tongsis yang saya bawa pun sangat berfungsi mengabadikan
beragam momen. Mulai dari foto-foto narsis, merekam keindahan laut, hingga saya
pun iseng bermonolog dengan logat Batak. Sempurnalah kelucuan yang kami
rasakan.
Bebas di laut lepaaas...! |
Ini setelah berakting. Wkwkwkwk.... |
Tiba-tiba, tukang perahu mengajukan
tawaran untuk melanjutkan perjalanan menuju pantai Marina. Syaratnya, kami
harus menambah 40 ribu lagi. Tanpa pikir panjang kami pun menyetujui. Perahu
mesin mulai bergerak menuju laut yang lebih luas. Apa yang terjadi
saudara-saudara? Canda dan tawa mendadak
berhenti. Perahu terasa bergoyang lebih kencang dari sebelumnya.
Semakin
ke tengah semakin kencang goyangannya. Tanpa diperintahkan, kami pun duduk
merapat. Melihat ombak yang semakin kuat menggoyang perahu, akhirnya saya dan
teman-teman berseru, “Pak, kembali saja ke dermaga! Gak usah jadi ke Marina!” Mendengar
seruan kami, perahu pun segera berbalik arah. Kami tidak mau mengambil risiko.
Bersama kami ada dua anak kecil. Kalau terjadi apa-apa ... duh, saya nggak
berani membayangkannya.
Pose of the year :p |
Akhirnya
kami pun kembali ke dermaga. Hari semakin siang. Kami tidak ingin terjebak
kemacetan tol jika pulang bersamaan dengan jamnya orang-orang pulang kerja.
Namun, daya tarik eskrim di AW menunda kepulangan kami. Sambil menikmati eskrim
di tengah gerahnya udara Ancol siang itu, kami memutar hasil rekaman. Kelucuan
dan tawa tidak bisa dihindari kembali. Apa yang terekam di hape Suci, membuat
kami sibuk memilih mana yang boleh dan tidak untuk dipublish. Sstt ... salah satunya aksi panggung monolog saya
di atas perahu. Hahaha .... jangan maksa ya minta diposting! Bahaya itu. Bisa merusak reputasi. *simpan videonya
buru-buru*
Begitulah,
piknik bersama GPR akhirnya berakhir manis dan meninggalkan kesan yang susah
buat dilupakan. Semoga kebersamaan itu mampu menyulut semangat yang lebih besar
lagi untuk GPR dalam melanjutkan kegiatan sosialnya di LPKA. Aamiin. [Wylvera W.]
walopun dekat yang penting jalan-jalannya seru ya, Mbak :)
BalasHapusIya, murah meriah, bahagia. ^_^
HapusSeru juga ya ke pantai ancol ramean begitu...
BalasHapusIya, Mbak ... seru + heboh. Wkwkwk....
HapusKak Wiek kenapa itu ngakak sambil megang tiang? Berasa ketemu solmet ya bwahahaha!
BalasHapusItu bukan tiang, tapi "tongkat sihir" Hahaha ....
HapusItu habis monolog pakai logat Batak, Hay. Habis itu ngakaklah kita :p
gaya fotonya keren2 mbak , heboh pasti ya waktu disana
BalasHapusHmm... betul, heboh dan seru banget. Mumpung Ancolnya sepi. Wkwkwk
Hapusaihhhh seru-seruan gini, bikin iri hehehe
BalasHapusAyo ke Ancol biar irinya luntur. Hahahaha
Hapus