Foto taken from deparagkii.wordpress.com |
Mendongeng untuk anak adalah sebuah
kegiatan interaktif yang banyak manfaatnya. Saya pun sudah merasakan manfaat
itu. Masa kecil saya yang tidak lepas dari kebiasaan mendengar dongeng,
menentukan pilihan profesi saya saat ini. Lalu, siapakah dulu yang mendongeng
untuk saya?
Sampai
sekarang kenangan manis itu tidak bisa saya lupakan. Betapa dongeng itu sangat
membekas di hati dan ingatan saya. Hampir setiap malam menjelang tidur, Papa
selalu mendongeng untuk saya dan adik saya. Jenis dongeng yang disampaikan Papa
pun beragam. Ada yang dari kisah-kisah legenda, film, bahkan dari hasil karangannya sendiri.
Papa juga menyajikan dongeng panjang untuk kami. Saking panjanganya, dongeng
itu akhirnya diceritakan secara bersambung. Jadilah setiap malam saya dan adik saya
menunggu-nunggu lanjutannya sebelum tidur.
Kebiasaan
mendongeng dari Papa ini membuat saya perlahan tumbuh menjadi anak yang kreatif
dan gemar bercerita, baik secara lisan maupun tulisan. Nilai mengarang saya
zaman SD juga selalu sempurna. Pelajaran mengarang menjadi favorit buat saya.
Seiring
berjalannya waktu, saya akhirnya memahami bahwa kebiasaan Papa yang
menyampaikan dongeng secara sederhana dulu, ternyata banyak sekali manfaatnya.
Tanpa sadar, kosakata di kepala saya kian hari kian bertambah. Cerita-cerita
itu juga pelan-pelan menstimulasi daya imajinasi dan berpikir saya menjadi lebih
kreatif. Saya jadi banyak tahu tentang hal-hal baru. Misalnya, gajah itu punya
belalai yang panjang, tubuh yang besar, dan gading yang indah. Padahal saya belum pernah melihatnya. Dan, masih banyak lagi yang saya dapat dari dongeng-dongeng Papa. Lewat mendongeng itu pula Papa berhasil memberikan sentuhan manusiawi dan sportivitas
di diri kami, anak-anaknya.
Setelah
menjadi Ibu dari dua anak, saya merasa wajib mempertahankan warisan dari Papa
itu. Kalau dulu, mungkin Mama saya tidak terampil melakukannya, sehingga Papa
kami yang mengambil alih, maka sekarang saya yang mendongeng untuk anak-anak
saya.
Sejak
anak-anak saya kecil, saya pun membiasakan diri untuk mendongeng untuk mereka.
Tidak hanya saat menjelang tidur malam saja, di waktu-waktu senggang pun saya
kerap mendongeng. Sementara cerita yang saya pilih, bisa dari buku, bisa juga
hasil karangan saya sendiri. Yang terpenting, waktu 10 hingga 15 menit untuk
mendongeng itu mampu menjalin ikatan batin antara saya dan mereka. Lewat
dongeng-dongeng itu pula kami jadi saling bertukar tanya, cerita, dan
menyimpulkan hikmah bersama-sama.
Saya
tidak pernah berkhayal kalau kebiasaan saya mendongeng kelak akan memberikan
dampak yang menggembirakan. Mungkin Papa saya juga dulu seperti itu. Tapi,
begitulah ... setiap hal positif yang kita lakukan, cepat atau lambat tentu
akan memberikan dampak. Alhamdulillah ... kebiasaan mendongeng yang saya
lakukan, mengantarkan anak-anak saya menjadi penulis cilik. Beberapa buku karya
mereka sudah terbit dan menambah koleksi bacaan para pembacanya. Siapa yang
tidak bahagia melihatnya?
Begitu
juga mungkin yang dirasakan oleh Papa saya. Dari kedua anak yang sering dimanjanya
oleh dongeng, saya yang berhasil menjadi penulis saat ini. Lewat kebiasaan
sederhana mendongeng dari Papa, kini saya berhasil menuliskan kisah dalam
buku-buku anak karya saya.
Betapa
dahsyatnya efek kebiasaan mendengar dongeng. Mendongeng tidak hanya sekadar
cerita pengantar tidur saja, namun mampu memberikan manfaat besar bagi perkembangan
anak. Bahkan kemampuan berbicara anak pun dipengaruhi oleh seberapa efektif
orangtuanya bercerita atau mendongeng pada anaknya. Lewat dongeng, kreativitas
anak tumbuh dan terlatih, sementara nilai-nilai moral bisa diajarkan melalui
karakter tokoh-tokoh dalam ceritanya.
Lalu,
masih tidak yakinkah bahwa dongeng memiliki kekuatan yang begitu besar bagi
pertumbuhan karakter dan intelegensia anak? Yuk, kita pertahankan warisan budaya
mendongeng untuk anak-anak dan generasi mendatang! [Wylvera W]
Postingan ini ditulis dalam rangka menyambut “Festival Dongeng
Internasional” yang akan diadakan pada tanggal 31 Oktober dan 1 November 2015
di Museum Nasional.
Info lengkap tentang event tersebut ada di http://indostoryfest.com/
Info lengkap tentang event tersebut ada di http://indostoryfest.com/
Masyaa Allah...
BalasHapusKereen yaa mbak..
Lewat dongeng kita bisa menitipkan ilmu pengetahuan kepada anak anak...
Iya, mendongeng buat anak-anak itu efeknya besar sekali, Mbak. Banyak yang sudah membuktikannya. :)
HapusMasya Allah... Luar biasa ya bu.
BalasHapusJika ada umur, saya ingin jadi pendongeng yg baik buat cucu-cucu saya nanti.
Aamiin, masih banyak waktu, Pak Unang. Semoga kelak cucu-cucunya bisa didongengin ya. :)
HapusKita sama ya ternyata? Kenal dongeng dari bapak hehehe
BalasHapusBedanya, mungkin dulu Fita difasilitasi buku-buku bacaan juga ya (aku pernah baca), sementara kami minus buku bacaan, Fit. Hanya dongeng yang bisa diberikan Papa buat kami anak-anaknya. :)
HapusHampir semua penulis mengalami ini ya ...
BalasHapusIya sepertinya, Kang. Warisan mujarab itu ternyata buat para penulis ya. :)
HapusWah... saya harus ngejadwalin lagi waktu ngedongeng, nih. #merapikanpikirandanhati Makasih tulisannya reflektif banget.
BalasHapusIya, Mbak.
HapusNggak lama kok. Hanya 10 - 15 menit, tapi kontinu. Efeknya akan terasa lho. :)
betul sekali mba wik, anak-anak jadi suka membaca dan kelak suka menulis karena kebiasaan didongengin yaa....
BalasHapusIya, Dew. Banyak yang sudah membuktikannya ya. :)
Hapuswaw, makasih diingatkan mbaa
BalasHapusSama-sama, Mbak Kania. Kita saling mengingatkan ya. Itulah pentingnya ukhuwah, baik di dunia nyata maupun maya. :)
HapusSaya sama sekali nggak pernah dengar bapak/ibu mendongeng. Jadi, rasanya gimana gitu baca kisah ini, bu. :(
BalasHapusEeeh, jangan sesali masa kecil kita. Banyak alasan yang membuat orangtua kita tak sempat melakukan hal-hal yang dilakukan oleh orangtua lainnya mungkin. Tetaplah bersyukur dan ambil momen yang tak kita dapat itu untuk memberikannya kepada anak-anak kita. Insya Allah, tak ada kata terlambat buat mengawali sesuatu yang baik. Percaya deh. :)
HapusSetiap orang tua mempunyai cara tersendiri untuk mendidik anak-anaknya. Mungkin orang tua kita dulu belum kenal atau mungkin belum sempat untuk memberikan dongeng kepada kita sebelum tidur. Lah sekarang kita yang hidup di jaman modern harus mencari tahu bagaimana cara terbaik mendidik anak, salah satunya dengan yang ditulis Ibu Wiwiek tersebut. :)
HapusBetul banget itu, Mas Jefry. :)
HapusSuamiku nih yg suka mendong3eng, akunya malas hahaha
BalasHapusSuamiki justru gak ada waktunya, Mbak. Tapi, gak apa-apa, yang penting anak-anak kita tetap mendapatkan yang terbaik. :)
Hapusmba sangat bagus sekali info yang di paparnya sangat mendorong pada hal hal positif,
BalasHapusMakasih ya. Silakan dicoba juga. :)
Hapus