Beberapa edisi Majalah Insani yang saya gawangi (dokpri) |
Menyukai “sesuatu” lalu memberi rasa
cinta padanya, menjadi sebuah momen yang selalu menyenangkan. Apalagi jika rasa
cinta itu mampu menumbuhkan semangat serta meningkatkan kreativitas. Tentu
berat jika tiba-tiba harus melepasnya.
Menulis adalah sesuatu yang membuat
saya selalu merasa lebih hidup dan berenergi. Dengan menulis saya seolah bebas
menciptakan ruang pribadi. Atau membuka ruang itu untuk bisa dinikmati dan
memberi inspirasi bagi siapa saja. Seperti itulah saya menggambarkan kecintaan
saya pada menulis yang saya sebut sebagai “sesuatu” tadi.
Kecintaan pada keterampilan
menulis dari waktu ke waktu berhasil menambah warna hidup saya. Bahkan akhirnya
saya yakin menyatakan profesi saya saat ini adalah penulis. Seolah saya tidak
peduli, jika profesi yang saya sematkan sendiri di diri saya ini mungkin sempat
menjadi tertawaan mereka yang lebih mumpuni. *semoga saja belum ada yang
menertawakan ya ^^*
Profesi penulis dari hari ke hari
membuka banyak kesempatan kepada saya. Mulai dari mengajar kelas ektrakurikuler
"Jurnalistik dan Menulis" di level sekolah dasar, diundang sebagai pemateri di workshop menulis pada beberapa event, hingga didapuk menjadi pemimpin
redaksi pada majalah internal di organisai para istri pegawai Bank Indonesia. Maka semakin
yakinlah saya bahwa penyematan kata “penulis” sebagai profesi saya bukan
sekadar isapan jempol belaka. *sombong sedikit boleh kan ya, ketimbang
disombongin :p*
Baiklah, terlalu
panjang prolognya ya. Sebenarnya saya sedang sedih. Pengin curhat. Cuma supaya
terlihat elegan dan tidak terkesan lebay, yaaa beginilah. *padahal ya lebay juga ih ... tarik napas dalam*
Mantan team Redaksi Majalah Insani (2013 - 2015) yang solid (dokpri) |
Begini
ceritanya. Pasalnya, saya harus melepas salah satu pekerjaan yang saya cintai. Selama
ini saya dipercaya mengomandoi team
redaksi majalah internal Persatuan Istri Pegawai Bank Indonesia (PIPEBI). Nama
majalah itu adalah Insani. Kepercayaan
itu tentunya tidak serta-merta diberikan. Sebelumnya saya memang sudah pernah
menjadi anggota bahkan menjabat sebagai wakil pemimpin redaksinya. Ceritanya
ada di sini.
Begitulah, mungkin kontribusi saya di majalah itu dinilai baik oleh Ketua PIPEBI terpilih periode 2013 – 2015. *ini bukan ge-er tapi pede, haiiish* Beliau meminta saya duduk di posisi yang lebih menentukan. Resmilah saya menjadi pemimpin redaksi majalah itu sejak 2013 sampai saat ini.
Begitulah, mungkin kontribusi saya di majalah itu dinilai baik oleh Ketua PIPEBI terpilih periode 2013 – 2015. *ini bukan ge-er tapi pede, haiiish* Beliau meminta saya duduk di posisi yang lebih menentukan. Resmilah saya menjadi pemimpin redaksi majalah itu sejak 2013 sampai saat ini.
Selama menjadi komando barisan
pemimpin redaksi di Majalah Insani, saya sendiri tidak pernah memberi pujian dalam
pencapaiannya. Biarkan pembacanya yang menilai. Alhamdulillah, berbagai reward pun menghampiri.
Mereka melihat dan mengatakan bahwa Majalah Insani semakin hari semakin
bervariasi dan sajian kontennya lebih fresh. Sejujurnya saya tidak mengharapkan pujian. Namun, sebagai manusia biasa tentu
saja komentar-komentar positif yang datang dari ibu-ibu istri pegawai BI itu,
membuat hati saya berbunga-bunga (semoga semuanya tulus ya). Dan, ini tentu saja tidak lepas dari kerja
sama team redaksi, para kontributor,
dan bantuan editor spora (dari percetakan) di dalamnya.
Ada beberapa hal yang membuat saya
betah dan semakin mencintai posisi sebagai pemimpin redaksi di Majalah Insani.
Saya jadi banyak belajar tentang kemampuan memimpin, mengorganisir, serta
memahami beragam karakter anggota dan pimpinan yang lebih berwenang dari posisi
saya. Ini jelas sekali membedakan ketika saya menulis untuk diri saya
sendiri atau untuk blog saya. Meskipun hampir 75 persen saya yang memberi
keputusan dalam menentukan tema, rubrik, dan kontennya, namun peran Ketua,
Wakil, serta pengurus PIPEBI tetap menempati 25 persennya. Lagi-lagi porsi ini
membuat saya semakin belajar untuk menerima masukan.
Suasana rapat redaksi dengan pengurus PIPEBI dan Spora (dokpri) |
Selain itu, jabatan saya di Majalah
Insani, membuka kesempatan untuk lebih mengenal dan berbincang dengan para
istri petinggi Bank Indonesia. Kalau bukan pemimpin redaksi Majalah Insani,
mungkin saya tidak akan pernah mendapat kesempatan ngobrol dengan Ibu Nies Agus DW Martowardojo (istri Gubernur BI), Ibu Arulita Mirza Adityaswara (istri
Deputi Gubernur senior BI), Ibu Hendar dan Ibu Erwin yang sama-sama merupakan
istri Deputi Gebernur BI.
Namun, semuanya harus saya tinggalkan. Masa
kepengurusan PIPEBI sudah berakhir di Desember 2015 yang lalu. Itu artinya
tanggung jawab sebagai pemimpin redaksi pun ikut berakhir. Beberapa waktu
sebelum jabatan itu berakhir, tentunya saya mulai menyusun kegiatan baru untuk
mengisinya. Diantaranya; saya bersedia diminta sebagai humas di Gerakan Peduli
Remaja (GPR) dengan segala program kerjanya di tahun mendatang dan
kembali mengajar kelas menulis di Yayasan Ummu Amanah, PKBM Al Falah (sekolah
anak-anak pemulung), Bantargebang. Selain itu, saya ingin kembali fokus pada dunia menulis agar bisa menghasilkan karya buku lagi.
Tanggal 20 Januari 2016 nanti, serah terima
jabatan akan dilaksanakan antara Ketua PIPEBI lama kepada Ketua PIPEBI terpilih
untuk periode 2015 – 2017. Saya pun harus bersiap melepas tanggung jawab
sebagai pemimpin redaksi. Keputusan itu sudah saya dengung-dengungkan ke mantan
ketua. Namun, ternyata saya belum bisa benar-benar melepasnya. Saya diminta
kembali untuk menanggungjawabi edisi Januari 2016. Saat ini saya sedang
mengerjakannya, masih bersama team
yang lama.
Meskipun sedih karena akan melepas
apa yang sudah terlanjur saya cintai, saya harus konsisten. Sebab setelah ini,
saya harus fokus pada tanggung jawab dan amanah yang baru. Itu yang saya mantapkan
dalam hati. Namun, lagi-lagi saya dibuat galau. Belum lagi Insani terbit untuk edisi
Januari 2016, tiba-tiba Ketua PIPEBI terpilih menghubungi saya via telepon.
Sempurna galau jadinya.
Ketua baru meminta dengan sepenuh
hatinya agar saya tetap menggawangi majalah tercinta milik PIPEBI itu.
Bayangkanlah, betapa saya gugup menjawab permohonan beliau di telepon waktu itu. Di satu sisi,
saya memang masih cinta dan ingin meneruskan mengurusi majalah Insani. Namun,
di sisi lain, saya juga tidak boleh abai pada komitmen baru yang sudah saya
pilih. Akhirnya karena menimbang-nimbang semua itu, saya masih menggantung dan
terkesan memberi harapan pada beliau.
Kemarin, setelah berdiskusi dengan
suami tercinta, akhirnya saya mantap mengambil keputusan. Saya harus rela
melepas jabatan pemimpin redaksi itu, walaupun saya masih cinta dan ketua
terpilih sangat mengharapkan keberadaan saya di sana. Saya harus tegas, kata
suami. Jangan menggantung atau memberi harapan palsu. Mudah-mudahan
setelah saya memutuskan secara pasti nanti, PIPEBI menemukan pemimpin redaksi
baru yang lebih mumpuni dan amanah dari saya. Semoga Majalah Insani tidak
berhenti terbit dan terus memberikan manfaat bagi seluruh keluarga besar Bank
Indonesia. Semoga setelah curhat di sini hati saya tidak galau lagi. Semoga .... Aamiin. [Wylvera W.]
Alhamdulillah, satu amanah selesai, amanah lain sudah menunggu. Good job, Kak Wiek!
BalasHapusIya, alhamdulillah, Hay.
HapusNaumn, masih menunggu memberi jawaban pasti tanggal 20 Januari ini. Doakan semoga aku konsisten ya.
Sepakat dengan pesan yg disampaikan di akhir postingan, harus bisa tegas mengambil keputusan...keep fight mb ;)
BalasHapusIyam Insya Allah. Makasih ya. :)
HapusSemoga nanti diberi ganti yang jauh lebih baik ya mbak
BalasHapusAamiin, Insya Allah, Mbak :)
HapusAamiin, Insya Allah, Mbak :)
HapusSemoga nanti diberi ganti yang jauh lebih baik ya mbak
BalasHapusMbak, selamat menjalankan amanah baru, ya. Semoga dilancarkan. Aamiin
BalasHapusAamiin, makasih ya, Mbak :)
HapusAamiin, makasih ya, Mbak :)
HapusBaru tahu kalau sudah selesai masa tugasnya. Sudah dapat job manggung di mana nih? *eh :D
BalasHapusJob sosial, Fit :)
HapusJob sosial, Fit :)
HapusMba kereeeen, mau dong belajar nulia dr mba
BalasHapusYuuuk, boleeeeh :)
Hapus