Saya, sepupu, dan para keponakan dari pihak Papa ^_^ |
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda;
"Barang siapa yang ingin
dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung
tali silaturahmi". [Muttafaqun 'alaihi].
Sebagai
seorang muslim, saya selalu berusaha untuk melakukan segala sesuatunya dengan
merujuk pada tuntunan yang saya yakini di agama saya. Salah satunya tentang silaturahmi.
Perintah Allah SWT dan sabda Rasulullah saw. merupakan rujukan yang saya
panuti. Namun, saya yakin semua agama pun tentunya memiliki pedoman dalam
memaknai kata silaturahmi tersebut. Bagi saya, momen silaturahmi selalu memberi
efek kesehatan bagi jiwa dan raga.
Inilah
cerita saya tentang silaturahmi, khususnya dengan keluarga besar saya. Baik
dari pihak saya maupun suami.
Cerita
lama selalu mewarnai pertemuan dan silaturahmi kami
Sejak
menikah di tahun 1997 staus saya dan suami adalah “Anak Rantau”. Kami yang
sama-sama anak Medan pada akhirnya harus pindah ke Jakarta lalu menetap di
Bekasi. Sejak itu, jarak pun memisahkan saya dan suami dari keluarga besar
kami. Namun, hati kami tentunya tidak ikut berjarak dengan mereka. Hubungan
komunikasi jarak jauh terus kami lakukan agar silaturahmi tetap terjaga. Bahkan
kami selalu berusaha mewujudkan komitmen untuk pulang kampung.
Saya, suami, keponakan, dan cucu dari pihak Papa (sudah punya cucu lho ^^) |
Tinggal
dan meneruskan hidup di perantauan membuat saya dan suami kehilangan momen
untuk rutin mengunjungi keluarga besar kami. Kalau bukan karena mudik lebaran,
kami sulit mengatur waktu untuk pulang ke Medan. Itu sebabnya, lebaran adalah
momen yang selalu kami tunggu-tunggu. Kerinduan akan kampung halaman dan
bertemu sanak keluarga menjadi pemicunya.
Dengan sebagian kecil dari keluarga besar suami |
Sebelum
mudik, biasanya kami mengatur rencana dan kesepakatan terlebih dahulu. Karena
keluarga saya dan suami sama-sama keluarga besar (bukan fisiknya yang besar
lho, tapi jumlahnya … hihihi), kami harus bijak membagi jadwal kunjungan dengan
jatah cuti suami yang sangat singkat. Idealnya, semua ingin kami kunjungi,
namun terkadang realisasinya tidak memungkinkan. Kondisi seperti itu selalu
kami sikapi dengan ikhlas dan tidak menyalahkan keterbatasan waktu yang
diberikan Allah.
Mira menikmati permainan tradisional bersama sepupu-sepupunya |
Saat
bertemu kembali setelah setahun tidak bertatap muka tentu ada saja yang menjadi
topik obrolan yang seru. Salah satunya adalah mengenang kejadian-kejadian lucu
masa lampau. Sebagai contoh yang saat itu membuat saya dan sepupu-sepupu
tertawa adalah kenangan saat saya mengambil jambu biji milik Uak kami tanpa
meminta izin.
Dulu,
sewaktu masih sekolah dasar, saya dan para sepupu serta keponakan suka bermain
sama. Mulai dari main alip cendong, patok lele, sampai rebutan memanjat pohon.
Waktu itu, pohon jambu biji Uak kami sedang berbuah lebat. Saat main alip
cendong, saya bukannya sembunyi di balik tembok atau pagar rumah, tapi malah
memilih naik ke pohon jambu. Saya ngiler melihat jambu biji yang ranum-ranum
itu dan ingin segera memetiknya. Tapi naas, saat turun, saya merasakan gatal di
bagian paha. Belakangan baru saya sadar kalau paha saya telah ditempeli ulat
bulu. Saya tidak tahu kapan ulat itu menjalar di paha saya.
Saya, Mira, Khalid bersama keluarga Mama |
“Hahaha
… itu akibatnya kalau nyuri jambu Uak. Kualat kau, Wiek!” komentar salah
seorang sepupu saya memancing tawa kami.
Kalau
dibawa ke hati, ledekan-ledekan seperti itu tentulah bikin bête. Namun
kami tidak pernah membiarkan perasaan lebay itu menyusup dan merusak
kebersamaan yang hanya setahun sekali bisa kami rasakan. Selain cerita tentang
ulat bulu yang membuat paha saya bengkak menahan gatal yang luar biasa, masih
banyak cerita-cerita nostalgia yang kerap mewarnai kebersamaan kami di momen
silaturahmi itu. Saya selalu menikmatinya.
Menikmati
kuliner khas Medan
Selain cerita-cerita nostalgia
yang bikin ketawa setiap pulang ke Medan, kami selalu mendapatkan jamuan makan
khas Medan yang bikin rindu. Dari lontong khas Medan sampai memilih dan pergi
bersama-sama ke restoran yang menyajikan hidangan tradisional khas Medan. Momen
itu pula yang membuat kedua anak saya selalu mengingat-ingatnya ketika kami
kembali ke Bekasi.
Dijamu makanan khas Medan. Yummyyy .... (keluarga suami) |
Selain
itu, kebersamaan dalam momen silaturahmi juga kami manfaatkan untuk memilih,
berunding, serta memutuskan untuk memasak sesuatu bersama-sama sebagai pelengkap
acara kumpul-kumpul.
Ide masak-masak bareng yang pindah ke restoran (keluarga suami) |
Makan-makannya pindah ke sini saja ^^ (keluarga saya dari pihak Papa) |
Jika pilihan tidak juga ditetapkan padahal diskusi sudah
menghabiskan waktu lebih dari sejam, di sanalah uniknya. Kami saling
mengusulkan makanan favorit masing-masing, sementara tidak mungkin untuk
memasak sekaligus jika ada sepuluh pilihan selera. Ujung-ujungnya, kami
memutuskan untuk makan di restoran pada akhirnya. Mau marah? Ya, tidaklah.
Justru perdebatan itu poin yang membuat pertemuan kami menjadi lebih seru dan
heboh.
Manfaat
silaturahmi yang saya rasakan
Karena
momen lebaran datangnya setahun sekali, saya dan suami selalu berusaha untuk
memanfaatkannya semaksimal mungkin. Tidak menjadikan hal-hal kecil sebagai
kendala yang dapat merusak momen silaturahmi dengan keluarga. Selalu
mengingatkan hati untuk menikmati setiap momen pertemuan, baik dengan sanak
keluarga dari pihak saya maupun suami. Berusaha memperkenalkan anak-anak saya
dengan sepupu-sepupu, uak, om dan tante, paklik dan buklik, dan para kakek - nenek
mereka yang masih ada di Medan sana.
Dengan keluarga Papa dan Mama saya |
Mira bersama Om dan tante-tantenya (keluarga saya dari pihak Mama) |
Saya
tegaskan kembali, bahwa silaturahmi merupakan bentuk ibadah selain ibadah wajib
lainnya di agama yang saya anut. Manfaat utama yang saya dapatkan dari momen
silaturahmi dengan keluarga besar saya dan suami, yaitu tersambungnya secara
terus-menerus hubungan kekerabatan hingga ke generasi berikutnya. Anak-anak kami
pun bisa mengenal siapa keluarga mereka. Jika tradisi mulia ini tidak kami
teruskan, bukan tidak mungkin mereka bertemu di suatu tempat tapi tidak saling
mengenal. Padahal bisa jadi hubungan mereka adalah sepupuan. Ini bisa saja
memicu hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Semoga Allah melindungi
kami. Aamiin.
Mira, Khalid, dan sepupu-sepupu mereka (anak adik kandung saya) |
Selain
itu, saya juga yakin bahwa tak ada manusia yang bisa hidup sendiri di dunia
ini. Sekecil apa pun bentuknya, kita pasti akan membutuhkan orang lain, apalagi
keluarga.
Seperti
yang difirmankan Allah dalam Al Qur’an Surah An Nisaa’ ayat 1 yang artinya; "Dan bertakwalah kepada Allah yang
dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu."
Ini yang membuat saya yakin bahwa
menjaga dan memelihara silaturahmi adalah perbuatan mulia yang Insya Allah
membawa berkah karena mendapat pengawasan dari Allah SWT. Jika mampu
menjadikannya sebagai asupan yang bermanfaat bagi jiwa, maka efeknya raga pun
selalu pada status sehat dan bahagia. Bagaimana dengan kamu? Sharing yuuuk …. [Wylvera W.]
Note: Postingan ketiga untuk #ODOP Fun Blogging
Mbak wik udah punya cucu? sama dong.aku punya cucu dari pihak suami.
BalasHapusmanfaat silahturahmi bagiku, jadi kenal saudara jauh.Kalau pas jalan2 ke luar kota tempat saudara bisa jadi tempat nginep atau Ishoma heheehe.dgn begitu mempererat silahturahminya
Iya, Mbak soale sepupuku dari Papa usianya sama dengan Mamaku. Makanya cepat punya cuculah aku. Btw, betul banget, silaturahmi itu wajib lho. :)
BalasHapusSenangnya kumpul bareng. Oh iya mesti direncakanan dulu ya mau kemananya. Aku setahun sekali kumpul bareng keluarga besar, ini acara yang paling ditunggu oleh anak-anakku :D
BalasHapusIya, Mbak, supaya adil. Hehehe ....
HapusNah saya kadang suka jarang silaturahmi pas ketemu lebaran aja itu pun hanya sebentar hihihi makasih udh diingatkan mak
BalasHapusSama sih sebenarnya kita, Mbak. Tapi waktu di sana, aku suka kumpul-kumpul keluarga.
HapusIndahnya silaturahmi...
BalasHapustrims sharingan hangatnya ya mba
Sama-sama, makasih juga sudah mampir ya. :)
Hapus