Masih dalam rangka menjawab
tantangan One Day One Post Challenge
dari Ani Berta (Founder Fun Blogging). Di hari ke-11 ini, kami diminta untuk
membagi cerita tentang hal memalukan yang tak terlupakan. Seru ya? Karena
biasanya yang bikin malu itu inginnya disimpan sendiri saja. Kalau dibagi dan
diceritakan ulang ke orang lain, malah jadi menimbulkan rasa malu yang baru.
Nah, lho! Tapi, justru di situlah tantangannya.
Kalau diingat-ingat, ada beberapa
kejadian memalukan yang pernah saya alami. Saya pilih dua saja, supaya nama
besar saya tidak terlalu luntur karenanya. *hueeek … tiba-tiba ada yang muntah
berjema’ah*
Lirik
lagu yang menghilang
Punya modal sedikit dalam hal
menyanyi, membuat saya nekat ikutan lomba. Waktu itu saya baru kuliah di awal-awal semester pertama (belum pakai jilbab).
Setelah mendaftar, saya pun sibuk mempersiapkan diri untuk berlatih vokal. Lagu
pilihan dan wajib di babak penyisihan, mati-matian saya pelajari. Jerih payah
saya akhirnya membuahkan hasil. Saya lolos di babak penyisihan. Di hari yang
sama, semua peserta yang lolos di babak penyisihan kembali diadu. Lagi-lagi
saya terpilih dan masuk ke babak final.
Karena babak final tidak dilakukan
pada hari yang sama, maka saya masih punya kesempatan untuk kembali berlatih vokal.
Lagu wajib dan pilihan pun ditukar oleh panitia. Sampai di malam final, saya
begitu yakin bisa menyisihkan beberapa peserta yang masuk di babak itu.
Malam final di atas panggung |
Di malam final, saya pun diantar
oleh kakak sepupu dan temannya ke lokasi acara. Papa saya juga ikut waktu itu. Tibalah
giliran saya naik ke panggung. Lagu
wajib saya nyanyikan dengan sukses hingga menuai tepuk tangan penonton. Saya
masih di atas panggung dan harus menyanyikan lagu pilihan. Waktu itu saya
memilih lagu berjudul, “Bing” karya Titiek Puspa (halaaah … jadulnyaaa,
hihihi).
Bait
pertama, kedua, hingga reffrain, mulus
saya nyanyikan. Tapi begitu selesai interlude,
saya seperti hilang ingatan. Saya tiba-tiba lupa pada lirik di bait-bait yang
sudah saya nyanyikan di awal. Konyolnya, saya nekat menyanyikan bait yang
terlupakan itu dengan kalimat “Nanananana”. Entah bagaimana rasanya perasaan
saya saat itu. Semua penonton seolah menertawakan dan mengejek ke arah saya (padahal nggak keliatan sih, kan bangku penontonnya remang-remang). Tapi
saya harus bertahan di atas panggung hingga musik berakhir.
Setelah
kejadian itu, lama sekali saya baru berani lagi tampil menyanyi di acara-acara.
Kasian ya saya? *menyeka air mata … buaya*
Baju
baru bikin malu
Sudah lama saya ingin mengubah cara
berpakaian. Niat saya sederhana saja. Saya ingin menutup aurat lebih dari
sebelumnya. Sejak itu, saya pun membeli baju-baju gamis baru untuk menambah
koleksi. Hingga pada suatu hari, saya membeli sebuah baju dari teman. Saya
membeli baju itu untuk dipakai pada acara exhibition
di sekolah tempat saya mengajar. Murid-murid saya dari kelas ektrakurikuler
jurnalistik dan menulis akan tampil di acara itu.
Tibalah di hari “H”. Saya sudah siap
berdandan, memakai baju baru lengkap dengan jilbabnya. Saya
pandangi penampilan saya di depan cermin. Aaah … serasi sekali. *memuji diri
sendiri itu terapi jiwa lho … hahaha, bohong, jangan diikuti kenarsisan ini, pamali*
Sampai di sekolah, saya sibuk
mencari tempat parkir. Hampir semua lahan sudah dipadati oleh kendaraan para
orangtua murid dan tamu undangan. Untunglah, akhirnya saya mendapatkan tempat
parkir juga. Posisinya sedikit jauh dari gerbang sekolah. Saya buru-buru
menutup pintu mobil dan berjalan cepat menuju lokasi acara.
Tiba-Tiba!
“Bu ...! Bu …!” seru seorang ibu
muda menghampiri dan menepuk pelan pundak saya.
Saya tidak mengenalnya. Ada apa?
Saya menatapnya, heran.
“Maaf, Bu. Bajunya tersingkap,” ujarnya
sambil menunjuk ke belakang saya.
“Oh, ya ampuun. Makasih, Bu,” balas
saya buru-buru merapikan dan menarik bagian bawah baju dan rok dalaman saya
yang ikut tersingkap karena terjepit rok dalaman di bagian pinggang.
Setelah itu, saya sekuat tenaga
kembali berjalan menuju gerbang sekolah. Sementara wajah saya rasanya entah seperti
apa. Kalau kamu pernah melihat kepiting baru direbus, kira-kira seperti
itu mungkin warna muka saya.
Kira-kira seperti inilah tersingkapnya :( |
Bayangkan
saja. Jarak saya memarkirkan mobil dengan gerbang sekolah itu sekitar 150 meter.
Saya sudah melewati banyak orang dengan keadaan baju di bagian belakang saya
tersingkap. Rok dalaman saya pun ikut terjepit bersama bahan bajunya. Walaupun
saya masih memakai legging untuk lapis tambahan, namun orang-orang pasti sudah melihat
bentuk betis saya.
Alih-alih
ingin berpenampilan serba tertutup, malah jadi memperlihatkan yang tak
semestinya terlihat. Walaupun itu tidak disengaja, tetap saja bikin saya jadi
tidak nyaman sepanjang acara. Pikiran saya bolak-balik teringat wajah si Ibu
yang menepuk pundak saya itu. Belum lagi orang-orang yang sempat melihat baju
saya yang terangkat itu.
Kalu
mengingat-ingat itu, iiih … masih maluuu.
[Wylvera W]
Note: Postingan hari
ke-11 One Day One Post Challenge Fun Blogging
Berusaha membayangkan adegan-adegan itu, sambil searching lagu Bing... ^_^
BalasHapusWkwkwkwk
HapusJangan ikutan nyanyi ya. Masih pagi ini, Mas. :p
Kayaknya lebih malu pas adegan rok tersingkap ya, mba. Hiiihii
BalasHapusSemangaat, mbaa
Humm, dua-duanya malu sih. Hihihi
HapusUntunng diingatkan sama ibu itu, kalau ga, bisa2 makin banyak yang melihat ya.
BalasHapusWaduh, iya Mbak.Untung ada si ibu itu
HapusDuh kebayang deh malunya waktu baju belakang tersingkap itu, masih untung ada yang bilang ya mbak :D
BalasHapusIya, Mbak. Ampuuun deh rasanya waktu itu :(
HapusTernyata bakat nyanyi mbak wiwiek udha ada sejak dulu ya. Keren masih ikutan odop
BalasHapusHihihi, iya senang nyanyi sejak TK malah. Btw, iya Lid, masih penasaran pengin nuntasin sampai garis finish ODOPnya. :)
Hapuswah, mbak... malu aku malu pada semut merah *eh
BalasHapusSemut merahnya malah cuek lho, Mbak. Hahaha
Hapushahahahah... ampun deh mba, pasti malu bgt. kalau saya palingan darahnua naik sampe ubun2 dan rasanya kayak mendidih.
BalasHapus*ikutan mas Koko searching lagu Bing XD!
Hehehe, trus mau duet gitu bareng Mas Koko?
Hapus