Minat
pada keterampilan menulis cerita (fiksi dan nonfiksi) semakin hari semakin
menjamur. Terutama pada anak-anak dan remaja. Bahkan tidak sedikit
sekolah-sekolah yang bela-belain mendatangkan narasumber dengan bujet mahal.
Semua itu semata-mata mengharapkan agar siswa-siswi di sekolah tersebut bisa
menguasai materi dasar tentang cara menulis yang benar.
Keinginan
yang bermunculan dari berbagai sekolah ini, tentunya membuka kesempatan bagi
para penulis yang sudah memiliki pengalaman. Bahkan ada yang menyisihkan waktu untuk
mengajar kelas ekstrakurikuler menulis di sekolah-sekolah yang membutuhkan.
Saya
termasuk salah satu yang memulai jalur itu sejak tahun 2010 hingga sekarang. Meskipun
ilmu menulis yang saya miliki tidak semumpuni para penulis yang telah memiliki
puluhan bahkan ratusan karya buku, saya merasa terpanggil untuk berbagi di
bidang ini. Bukan fee yang saya
kejar, melainkan keinginan untuk berbagi ilmu yang mungkin tidak semua anak bisa
mendapatkannya secara mudah.
Pada
tanggal 16 April 2016 yang lalu, saya kembali diundang untuk berbagi pengalaman
dan pengetahuan menulis cerita. Saya hadir di SMPIT Muslimah
Sejati yang berlokasi di Tambun Selatan, Bekasi. Pihak sekolah mengemas acara
tersebut dalam bentuk seminar mini. Sementara tema yang dipilihkan oleh mereka
untuk saya adalah “Belajar Menulis Sejak Dini”.
Tersanjung begitu melihat ini euy .... |
Saya
datang lebih awal dari jadwal yang dijanjikan. Acara yang akan dibuka tepat jam
sembilan pagi itu masih menyisakan waktu buat saya. Karena yang akan ikut
pelatihan menulis adalah seluruh siswa dari kelas 7, 8, dan 9, maka kami harus
menunggu siswa kelas 9 selesai ujian.
Sambil menunggu murid kelas 9 selesai ulangan |
Waktu
menunggu itu saya manfaatkan untuk menyiapkan perangkat yang akan digunakan
untuk memaparkan materi. Sesekali saya menyapa murid-murid kelas 7 dan 8 yang
sudah lebih dulu hadir. Setelah laptop, proyektor, dan flash disk berisi materi menulis siap, masih ada waktu untuk
menunggu yang lainnya. Saya pun berbagi kenangan tentang awal saya terjun di
dunia menulis hingga akhirnya buku pertama saya terbit. Mereka tekun menyimak
sambil sesekali bertanya.
MC-nya kocak ^_^ |
Pembacaan ayat-ayat Al Qur'an dan saritilawah |
Tari Saman |
Sambutan |
Setelah semuanya berkumpul, acara
pun dibuka oleh dua murid yang bertugas sebagai pembawa acara. Salah satu dari
pembawa acara itu lumayan kocak. Suasana di aula yang padat oleh peserta
pelatihan menjadi mencair. Selanjutnya, pembacaan kalam Illahi, sambutan dari
pihak sekolah, dan persembahan tarian Saman, menjadi serangkaian pembuka yang
manis. Saya benar-benar merasa tersanjung dengan penyambutan itu.
Ayo
pasang niat dan tetapkan tujuan!
Setelah acara pembuka selesai, sesi
berikutnya diserahkan kepada saya yang sejak datang telah siap berbagi. Hal
pertama yang saya sampaikan adalah tentang komitmen mereka. Mengapa mereka mau
hadir di aula itu? Untuk apa mereka ingin tahu tentang keterampilan menulis?
Apa yang harus mereka lakukan saat memutuskan untuk memulai menulis?
Antusias mencatat |
Jawabannya
rata-rata sama. “Supaya saya bisa menuliskan ide yang ada di kepala saya.”
“Supaya saya tahu bagaimana caranya kalau pas menulis sudah sampai pada dua
halaman, tiba-tiba bingung karena nggak ngerti cara melanjutkannya.” Beberapa
alasan lainnya yang memotivasi mereka mau menyimak apa yang akan saya sajikan pun diutarakan dengan semangat.
Saya
meminta mereka untuk menetapkan tujuan menulisnya. Apa yang ingin mereka capai
dengan menulis? Sebab tidak ada satu hal pun yang berhasil jika tidak dilakukan
dengan kesungguhan. Menulis itu adalah sebuah perjuangan. Betapa banyak orang
yang punya potensi tetapi sedikit yang mau mencobanya. Punya ide banyak, tapi
sulit untuk berbagi. Terakhir, banyak yang semangat berlatih di awal-awal, tapi
sedikit yang bersungguh-sungguh.
Pada serius menyimak |
Sebelum
masuk pada teknis kepenulisan, saya memberikan mereka tips yang harus mereka
ingat saat memulai menulis. Mereka hendaknya memasang niat lalu yakin pada niat
tersebut. Kemudian fokus pada tujuan awal. Konsisten dan tidak moody. Yang terakhir adalah disiplin.
Selain itu mereka saya minta untuk mulai menetapkan jadwal untuk menulis di
sela-sela jam sekolah dan belajar. Memasang target akan semakin memudahkan
mereka untuk belajar konsisten.
Selanjutnya, saya ajak mereka untuk
memahami beberapa tahapan dalam menulis. Mulai dari menemukan ide, cara memilih
judul yang menarik, merancang karakter tokoh, setting, alur/plot, hingga cara merapikan hasil tulisannya sendiri
(self editing).
Sesi tanya jawab |
"Saya pengin nulis tentang tiga Mujahida, Bu!" |
Terharu dapat hadiah buku dari saya |
Selepas itu, saya beri mereka kesempatan untuk bertanya. Di akhir sesi, saya memberikan hadiah buku kepada murid yang antusias menanyakan hal-hal penting dalam aktivitas menulis cerita.
Sesi
praktik yang benar-benar enjoy
Setelah menyajikan semua hal-hal
utama yang harus diketahui saat ingin memulai menulis, saya pun memberikan
waktu untuk sesi praktik menulis cerita mini. Saya tidak ingin anak-anak itu
merasa tegang dan bingung sebelum menulis. Maka, setelah jam istirahat untuk
sholat dan makan, saya bebaskan mereka memilih tempat untuk menyelesaikan
ceritanya.
Menulislah dengan gayamu ^_^ |
Sebelum benar-benar meninggalkan sekolah itu, saya kembali takjub melihat keantusiasan mereka membeli buku-buku karya saya yang digelar di depan pintu aula. Saking hebohnya memberikan tanda tangan, saya sampai lupa untuk minta difoto. *maaf jadi gak ada fotonya ini*
Reward seperti ini selalu jadi penyulut semangat berbagi |
Di awal sudah diberitahukan bahwa
praktik menulis cerita itu akan diberikan hadiah untuk tiga cerita terbaik.
Namun, karena waktunya tidak cukup, saya pun diminta membawa semua cerita
mereka yang jumlahnya ada 76 judul itu. Tiga hari setelah itu saya pun
mengirimkan hasil review dan penilaian
kepada Kepala Sekolah via whatsapp.
Sesi foto bersama masing-masing kelas |
Terpilihlah
3 cerita terbaik dari 76 cerita yang menurut saya semuanya menarik. Karena
Kepala Sekolah hanya meminta tiga saja, maka saya sedikit kesulitan
menentukannya. Akhirnya saya memilih mana judul yang paling menarik dan sesuai
dengan jalan ceritanya, cara menyajikan ceritanya, konflik yang tidak biasa dan
cara menyelesaikannya.
Tiga cerita terpilih |
Semoga
apa yang saya berikan dapat membekas dan membuat anak-anak SMPIT Muslimah semangat
untuk mengawali kecintaannya pada dunia menulis. Semoga harapan Kepala Sekolah
dan para guru agar murid-murid mereka mulai konsisten untuk menulis dan mengisi
majalah dinding sekolahnya segera terealisasi. Aamiin. [Wylvera W.]
kapan ngajarin orang tua muridnya nih mbak? aku daftar
BalasHapusAyo, Lidya yang cari anggotanya, aku tinggal ngisi pelatihannya. Hahahaha
Hapussemoga selesai ikut seminarnya ibu, ada anak-anak yang termotivasi untuk menjadi penulis yang baik..
BalasHapussemangat bu, untuk memotivasi adik-adik ku di bekasi :)
Semoga ya.
HapusMakasih dukungannya. :)
aamiin, :)
HapusSelesai kelas, ga berubah logat anak-anak tu jadi logat kita, kan, Kak? *kabor*
BalasHapusHahahaha, gaklah. Awak pun pandai jaga logat supaya gak keluar. :)
HapusAssalamualaikum,
BalasHapusapakah ibu buka kelas menulis untuk anak, dalam waktu dekat ini?
mohon informasinya ke sentradojo@yahoo.co.id
terima kasih
wassalamualaikum wr wb
Wa'alaikumsalam.
HapusIya, tanggal 26 Juni nanti, saya akan gelar "Ramadhan Writing Class for Children" di Pesantren Intrepreneur, Ruko Sumarecon Bekasi. Khusus untuk anak kelas 3 SD sampai SMP.