Stefano dan murid-murid PKBM Al Falah |
Hari Rabu, 10 Agustus 2016 menjadi
hari yang sangat mengesankan. Tidak hanya untuk saya, tapi juga buat anak-anak pemulung
yang ada di PKBM Al Falah Bantargebang, serta murid-murid SDIT Thariq bin Ziyad
Pondok Hijau Permai Bekasi. Dua sekolah dengan basis kurikulum dan sistim
pembelajaran yang jauh berbeda ini, kedatangan seorang fotografer luar negeri
yang namanya cukup kondang.
Semua
bermula dari perkenalan saya dengan sang fotografer di sebuah momen yang tidak
pernah saya duga. Fotografer kondang yang lebih memilih spesialisasi foto wajah
(portrait photography) ini, saya kenal dalam suasana pemotretan. Namun, kisah
perkenalan saya dengan beliau akan saya ceritakan di postingan lain dalam blog
ini.
Saya
tidak menyangka kalau akhirnya bisa bertemu dan mengenal Stefano Romano. Kalau
kita mencari informasi tentang dirinya di internet, pasti akan menemukan banyak
sekali cerita mengenai sosok pria kelahiran 11 Januari 1974 ini. Betul! Dunia
fotografer tentu sangat mengenal pria asal Roma Italia ini. Apalagi setelah ia
berhasil melahirkan karya yang berisikan kumpulan foto wajah Indonesia dalam
buku yang berjudul “Kampungku Indonesia”.
Momen yang mempertemukan saya dan Stefano Romano |
Dari
perkenalan itulah akhirnya Stefano menguping bincang-bincang saya dengan salah
satu wartawan dari majalah Islam. Ia mendengar kalau selama ini saya mengajar
kelas ekstrakurikuler jurnalistik dan menulis di dua sekolah tadi. Stefano
adalah seorang mualaf yang sejatinya sangat mencintai anak-anak, khususnya
anak-anak Indonesia. Mendengar perbincangan itu, ia meminta saya mengajaknya ke
sekolah anak pemulung tempat saya mengajar. Seperti pucuk di cinta ulam pun
tiba, tentu tawaran itu tidak saya sia-siakan.
Sedikit
sulit juga dalam menetapkan tanggal buat Stefano. Jadwal beliau selama tiga
bulan di Indonesia memang cukup padat. Namun, tidak ada niat baik yang tak
menemukan jalannya. Akhirnya kami pun sepakat di tanggal 10 Agustus 2016.
Meskipun dalam hati, saya ingat kalau tanggal itu adalah hari wedding anniversary saya, saya harus tetap
profesional. Dan, syukurnya setelah itu, suami saya justru sangat mendukung.
Anggap saja ini sebagai kado istimewa juga buat saya dan suami.
Dari
Citos Menuju Al Falah Bantargebang Bekasi
Rabu pagi itu, sekitar jam 7, saya
sudah sampai di depan Mal Cilandak Town Square (Citos). Alhamdulillah,
perjalanan dari Bekasi – Citos pagi itu lancar. Saya tiba tepat waktu. Namun,
saya harus menunggu Stefano dan istrinya, juga sahabat saya, Ade Nursa’adah
yang ingin ikut di momen kunjungan itu. Sejam setelah itu, akhirnya kami sudah
berkumpul. Saya segera membawa mereka menuju Bantargebang Bekasi.
Perjalanan yang menghabiskan durasi
1 ½ jam lebih itu akhirnya membawa kami tiba di halaman sekolah Al Falah. Pusat
Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Al Falah yang berada di bawah naungan Yayasan
Ummu Amanah, milik Wahyu Katri Ambar Wulan Sari, sahabat saya ini, lokasinya
berada di kawasan Tempat Pembuang Akhir (TPA) sampah. Sejak tahun 2012, saya sudah
akrab mengajar menulis di sana.
Murid-murid Al Falah siap menyimak materi dari Stefano |
Sekolah yang berada di kawasan
pembuangan sampah ini sempat membuat saya cemas. Saya pikir Stefano, Mbak Bayu
(istri Stefano), dan Ade (sahabat saya) akan terganggu dengan aroma sampah yang
semilir memenuhi penciuman kami. Ternyata, mereka sama sekali tidak memedulikan
aroma itu. Justru ekspresi sumringah yang jelas terpancar dari mata dan wajah
mereka.
Pihak sekolah pun menyambut
kehadiran kami dengan penuh antusias. Sekitar 50 murid dari sekolah tempat
anak-anak pemulung itu sigap berkumpul di aula terbuka untuk menyambut
kehadiran kami. Wajah-wajah dengan tatap mata gembira sibuk menatap sosok Sang
Fotografer. Mereka seperti tak sabar ingin segera mengenal dan menyimak
pengalaman dari Stefano Romano.
Saya membuka pertemuan itu dengan salam
dan menjelaskan tentang tujuan kedatangan Stefano ke sekolah itu. Setelah itu,
saya memperkenalkan Stefano Romano dan profesinya sebagai fotografer
internasional. Begitu mendengar asal negara Stefano, suara riuh mereka tak bisa
dibendung sesaat. Saya yakin, kalau mereka sangat bangga karena dikunjungi oleh
seorang fotografer sekelas Stefano Romano.
Sesi berikutnya langsung diambil
alih oleh Stefano Romano. Beliau menjelaskan tentang awal dia memilih mencintai
seni fotografi. Yang membuat anak-anak pemulung itu bolak-balik bertepuk-tangan,
ketika Stefano mengatakan kalau dia sangat mencintai Indonesia.
“Indonesia adalah kampung kedua buat
saya,” tegas Stefano lalu disambut dengan tepuk tangan meriah dari anak-anak.
Stefano juga berbagi kisah tentang
alasannya menjadikan Indonesia sebagai kampung keduanya setelah Roma Italia. Diawali
oleh kekagumannya saat memotret wajah-wajah berhijab, akhirnya Stefano Romano menambatkan
hati dan keyakinannya untuk memeluk Islam di tahun 2010. Lewat lensa kameranya
itu pula, Stefano banyak mengenal Islam dan keindahannya. Setelah memeluk
Islam, ia memutuskan menikah dengan perempuan Indonesia bernama Bayu Bintari
Fatmawati di tahun yang sama. Dari sanalah ia mulai mencintai Indonesia. Sejak
menikah, Stefano sudah tiga kali berkunjung ke negeri istrinya.
Nurafifah |
Murid-murid Al Falah menyimak dengan
tekun setiap paparan yang disampaikan Stefano. Yang paling membuat suasanya
menyenangkan adalah saat sesi tanya-jawab dibuka. Anak-anak itu seolah berlomba
ingin mengajukan pertanyaan seputar fotografi. Tawa riuh menggelegar saat
Stefano meminta anak-anak memanggilnya dengan sebutan Aa atau Akang.
“Aa … eh, Kang … eh, manggilnya apa?”
ujar Nurafifah, salah satu murid kelas ekskul menulis, gugup dan malu-malu.
“Enggak mau bilang Akang?”
canda Stefano membuat suasana semakin riuh penuh tawa.
“Mengapa Kang
Stefano lebih suka memoto wajah?”
“Karena kalau foto kaki itu tidak
bagus,” balas Stefano dengan gurauannya memancing semua tertawa
"Di Indonesia, apa saja yang sudah dijadikan objek foto?" |
Begitulah, anak-anak bergilir
mengajukan pertanyaan seputar dunia fotogarfi. Bagi yang bertanya, Stefano
membagikan boneka lucu yang di bagian dadanya tersemat inisial nama beliau.
Bukan itu saja, anak-anak yang bertanya juga mendapatkan hadiah wafer cokelat.
Senang banget saya melihat kegembiraan mereka. Ini akan menjadi pengalaman tak
terlupakan buat anak-anak pemulung itu.
Di lokasi dekat dengan gunung sampah |
Sesi berikutnya, saya meminta
anak-anak menenami Stefano untuk melihat lokasi gunung sampah yang tertinggi di
Indonesia. Teriknya matahari sedikit pun tidak menyurutkan momen indah
kebersamaan kami dengan Stefano pagi menjelang siang itu.
Anak-anak yang sebagian adalah
murid-murid saya dari kelas ekskul menulis, sangat antusias mendampingi Stefano
mengambil objek untuk difoto. Tawa dan canda mereka sesekali meramaikan rombongan
kami yang berjalan kaki menuju lokasi.
Melihat isi buku "Kampungku Indonesia" karya Stefano |
Setelah puas memotret objek,
akhirnya kami kembali ke sekolah. Belum puas rasanya sehingga Stefano seolah
masih ditahan untuk diajak berfoto bersama guru-guru. Buku kumpulan foto “Kampungku
Indonesia” pun ikut meramaikan kebersamaan itu. Mereka terkagum-kagum melihat
isi buku karya Stefano. Cara Stefano memotret dan menghasilkan gambar yang
menakjubkan membuat mulut mereka berdecak kagum.
Klik aja ya ^_^ |
Ingin
berlama-lama di sana, namun waktu yang membatasi kebersamaan kami. Saya
mengingatkan Stefano untuk jadwal kunjungan berikutnya. Dengan berat hati,
akhirnya kami meninggalkan Al Falah.
Menyempatkan makan siang dan sholat sebelum sesi kunjungan berikutnya |
Dari Bantargebang, saya kembali
membawa Stefano, Mbak Bayu, dan Ade menuju SDIT Thariq bin Ziyad. Cuaca panas
ternyata memaksa kami untuk mampir sejenak di sebuah restoran sederhana. Kami
memesan menu makan siang dan bergantian sholat. Saya puas ketika melihat
Stefano menyantap menu pilihan istrinya dengan lahap. Syukurlah … menu pilihan
mereka di resto pilihan saya memuaskan mereka. [Wylvera W.]
(Bersambung ….)
Seru banget ya, lucu dipanggilnya kang Stefano :)
BalasHapusHahaha, iya beliau suka Bandung jadi penginnya dipanggil Akang juga.
HapusHalo selamat siang mbak Wiwiek saya Mawan dari Tabloid GENIE.. Boleh minta kontaknya Stefano Romano? Jika ada alamat dan nomor handphonenya tolong kirim ke widyahermawan11@gmail.com.. Terima kasih
BalasHapus