Saya yakin, setiap kaum muslimin
yang pernah berhaji dan berumrah pasti memiliki pengalaman. Baik itu pengalaman
fisik maupun batin. Untuk pengalaman fisik, bisa jadi ada yang mirip. Namun
untuk pengalaman batin tentulah berbeda-beda. Masing-masing akan menjadikannya
sebagai hikmah dalam menjalani keyakinan hidupnya sebagai hamba Allah.
Kemarin
saya sempat bercerita tentang pilihan visa yang saya dan suami ambil untuk
berhaji. Tentang bagaimana pengalaman kami melewatinya hingga akhirnya kami
sampai di Mekkah Al Mukaromah. Ketika berada di tanah haram, segala sesuatu
yang terjadi, ada, terasa oleh saya maupun teman-teman sesama rombongan
jema’ah, saya selalu berusaha menyikapi dan mengumpulkan maknanya.
Kali
ini perhatian saya tertuju pada air zamzam yang ada di Masjidil Haram (Mekkah)
dan Masjid Nabawi (Madinah). Saat musim berhaji, udara yang biasanya panas
menyengat akan disejukkan ketika jema’ah tiba di kedua masjid tersebut. Bisa
minum air zamzam setiap hari tanpa khawatir akan kehabisan, merupakan berkah
yang luar biasa.
Saya
yakin bahwa tidak satu pun jema’ah yang pernah salat di Masjidil Haram dan
Masjid Nabawi melewatkan kesempatan meminum air zamzam. Bayangkan berapa jumlah
ummat muslim yang minum air zamzam itu setiap harinya, terutama di musim haji
dan umrah. Namun, air zamzam tidak pernah kering dan selalu berlimpah. Betapa
Maha Kaya dan Kuasa Allah yang tak satu pun mampu menandingi-Nya.
Kalau
tanpa pemahaman, meminum air zamzam di tanah haram seolah seperti minum air
biasa saja. Tapi, sebenarnya tidak demikian. Mengapa tamu-tamu Allah selalu
berkeinginan untuk meminumnya? Bahkan ada yang tak segan-segan membawa wadah
cukup besar dan mengisinya penuh untuk dibawa bolak-balik ke penginapan bahkan
saat pulang ke tanah air masing-masing.
Dari
Ibnu Abbas ra, bahwsanya Rasulullah saw bersabda tentang air zamzam;
“Sebaik-baiknya air dipermukaan bumi ialah
air zamzam, padanya terdapat makanan yang menyegarkan dan padanya terdapat
penawar bagi penyakit.”
Saya
menyimpulkan bahwa dari sabda Nabi Muhammad saw inilah ummat muslim ingin
berulang-ulang minum air zamzam selama ia berada di tanah haram.
Ujian kesabaran karena air zamzam
Petuah
untuk selalu menahan amarah dan meningkatkan rasa sabar selalu kita dengar ketika
hendak menuju ke tanah haram. Meskipun menahan amarah dan sabar itu hendaknya
dapat kita amalkan kapan dan di mana saja, tapi kadarnya ternyata lebih besar
saat berada di tanah suci.
Ini
pula yang terjadi pada saya. Semestinya air zamzam itu menyejukkan,
menghilangkan dahaga dan penyakit, menambah stamina saat melakukan prosesi haji
dan umrah. Tapi, saat itu ujian tentang air zamzam menghampiri saya.
Kok bisa?
Saat
itu azan Magrib tinggal beberapa menit lagi berkumandang di Masjidil Haram.
Saya dan suami yang terlambat datang harus mencari tempat untuk salat. Kami
mulai kebingungan. Suami saya tidak ingin membiarkan saya mencari tempat
sendirian. Ia berusaha sampai saya menemukan tempat terlebih dahulu. Namun, beberapa
titik jalur masuk menuju saf-saf perempuan sudah ditutup oleh petugas.
Akhirnya saya
melihat ada tempat yang lumayan cukup untuk membentangkan sajadah. Posisinya
dekat dengan deretan tong penyimpanan air zamzam. Suami meminta saya untuk
menunggunya selepas salat Isya di tempat yang tak jauh dari situ. Tanpa
berpikir macam-macam, saya pun membentangkan sajadah lalu buru-buru mengerjakan
salat tahiyatul masjid.
Mengambil air zamzam sebelum dan sesusah salat |
Setelah
azan magrib, saya dan para wanita di saf kami pun khusyuk mendirikan salat.
Pada rakaat kedua, saya merasa bagian kaki saya dingin dan menyebar ke gamis
bagian bawah. Saya tetap berusaha konsentrasi menyelesaikan salat. Ketika
selesai, barulah saya tahu kalau sajadah dan sebagian gamis saya sudah basah
oleh genangan air zamzam.
Sesaat sebelum
salat, ada perempuan (bukan orang Indonesia pastinya), sibuk mengisi botolnya
dengan air zamzam. Ia masih berjongkok di sisi tempat air zamzam itu. Saya
memerhatikannya. Sebelum mengisi botolnya, perempuan itu menuangkan sisa air
yang masih ada dari dalam botol itu. Air itulah ternyata yang sejak tadi menggenangi
lantai dan sajadah saya.
Kalau menuruti
bisikan hawa nafsu, pastilah saya menegur dan marah padanya. Tapi itu tidak
saya lakukan, walaupun sajadah saya tidak bisa dipakai lagi untuk salat Isya.
Gamis saya pun sudah basah hingga ke pangkal paha. Sementara salat Isya masih
beberapa saat lagi.
Saya mencoba
tenang dan berpikir bahwa situasi itu tengah menguji kesabaran saya? Ada
seorang ibu separuh baya dengan wajah putih bersih (lagi-lagi bukan orang
Indonesia), menawarkan separuh sajadahnya untuk kami pakai bersama-sama. Ia
meminta saya menggeser posisi duduk merapat ke sisinya supaya air yang
menggenang tidak mengenai sajadahnya juga. Tampak sekali sikapnya yang tulus
dan kasihan melihat saya. Tapi ia tak sekalipun mengomentari perempuan yang
sudah membuat sajadah dan gamis saya basah. Sikap Ibu itu membuat saya menepis
rasa kesal yang sempat muncul di hati. Sementara wanita yang sudah membasahi
sajadah dan gamis saya masih berjongkok tanpa meminta maaf kepada saya. Ia
melihat saya dengan ekspresi datar.
Setelah salat
Isya selesai, saya mencoba memaknai kejadian yang baru saja saya alami. Hasrat
untuk menikmati manfaat air zamzam memang sungguh besar bagi setiap jema’ah
yang berada di Masjidil Haram. Namun, terkadang tidak semua paham bagaimana
cara mendapatkannya dengan cara yang benar, tanpa merugikan yang lainnya.
Keinginan yang kuat dengan ketersediaan yang lebih dari cukup tidak serta-merta
membuat orang sabar dan santun dalam mendapatkannya. Karakter tetaplah
karakter. Jika tidak dibarengi dengan akhlak dan kesantunan, maka
ketidakpedulian akan muncul tanpa disadari.
Setelah
kejadian sederhana itu, saya berusaha beristighfar berulang-ulang. Semoga Allah
selalu menjaga hati ini dari kealpaan tersebut. Kesabaran ternyata lebih
menguntungkan dari kemarahan. [Wylvera
W.]
Subhanallah, selalu ada cerita menarik dari baitullah. Tiap orang punya cerita berbeda dan bisa menjadi pelajaran berharga.
BalasHapusMakasih ya sudah berkunjung ke blog ini. :)
HapusMasyaAllah... Selalu suka dengan cerita perjalanan ibadah haji
BalasHapusMasyaallah, makasih Vina Sri :)
HapusMasya Allah. Saya selalu suka dengan kisah-kisah di Baitullah, karena dapat meredakan rindu saya yang amat ingin kesana. Saya juga mencoba mengambil hikmah dari kisah-kisah itu, sebagai pengingat bagi saya.
BalasHapusAlhamdulillah ...:)
HapusMasyaallah ... Tabarokallah bunda.
BalasHapusTulisan ini sangat bermakna dan memberikan pelajaran bahwa apa yg kita inginkan janganlah sampai menyakiti atau merugikan orang lain. Dan kita pun harus memperhatikan sekitar kita.
Terimakasih bunda wiwiek
(Wiwik Winarsih)
Masyallah ... tabarakallah.
HapusMakasih ya, Wiek sudah berkunjung di blog saya. :)